TEMPO.CO, Jakarta - Ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami resesi secara teknikal karena pertumbuhan minus di dua kuartal berturut-turut. Sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah memproyeksikan ekonomi di kuartal III tahun ini baka; tumbuh minus 1 hingga minus 2,9 persen.
"Negative territory kemungkinan akan terjadi pada kuartal ketiga," kata Sri Mulyani pada Selasa, 22 September 2020.
Tapi dengan proyeksi ini, sebenarnya terjadi perbaikan perekonomian. Lantaran sebelumnya di kuartal II 2020, ekonomi Indonesia tumbuh minus 5,32 persen.
Lalu bagaimana sebetulnya memahami arti resesi ekonomi tersebut? Berikut sejumlah pandangan dari ekonom dan para pejabat Kementerian Keuangan hingga Komite Penanganan Covid-19 mengenai isu resesi ekonomi ini. Berikut di antaranya:
Febrio Kacaribu
Kepala Badan Kebijaan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu menyampaikan bahwa negara lain telah lebih dulu mengalami resesi dibandingkan Indonesia. Bahkan, dalam kontraksi yang lebih dalam.
Thailand misalnya, kontraksi minus 2 persen di kuartal I dan minus 12,2 persen di kuartal II 2020. Singapura di periode yang sama, kontraksi minus 0,3 persen ke minus 13,2 persen. Malaysia, walaupun belum resesi, sudah terpuruk minus 17,1 persen di kuartal II 2020.