Adapun pada keseluruhan tahun ekspor diperkirakan tumbuh minus 9 persen hingga minus 5,5 persen. Sedangkan impor bakal terkontraksi lebih dalam di kisaran -17,2 persen hingga minus 11,7 persen.
"Keseluruhan tahun 2020 proyeksi kami di kementerian keuangan adalah antara minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen. Kalau kita lihat kontribusi dari negatif dua-duanya ini terbesar adalah dari investasi konsumsi dan ekspor kita," tutur Sri Mulyani.
Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Sutrisno Iwantono sebelumnya menilai Indonesia tak mungkin bisa menghindari resesi. Pada kuartal I/2020 sebenarnya pertumbuhan ekonomi sudah minus dibandingkan triwulan IV/2019.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II/2020 juga mengalami kontraksi sebesar 5,32 persen. “Triwulan III ini juga akan negatif. Tapi ini harus dipertahankan. Kami mendorong agar tidak terjadi krisis ekonomi,” kata Ketua Bidang Kebijakan Publik Apindo Sutrisno Iwantono pada diskusi virtual, Rabu, 2 September 2020.
Sutrisno menjelaskan bahwa resesi tidak menjadi masalah besar. Alasannya semua negara mengalaminya. Akan tetapi, dia berharap jangan sampai terjadi krisis ekonomi. “Kalau krisis membuat ekonomi anjlok luar biasa. Ini yang harus ditolong untuk jangka pendek,” katanya.
Upaya terdekat inilah menurut Sutrisno dibutuhkan oleh semua pelaku usaha dari mikro sampai besar. Pemerintah harus bisa membuat mereka bernafas panjang. Yang paling utama dilakukan adalah meningkatkan daya beli masyarakat. Apabila tidak bisa dilakukan, roda ekonomi tidak bisa bergerak.
Baca: Tahun Depan, Sri Mulyani Kurangi Dukungan Fiskal untuk Dunia Usaha