TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pihaknya telah merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan tahun 2020. Dalam proyeksi teranyar, pertumbuhan Produk Domestik Bruto atau PDB Tanah Air pada tahun ini ada di kisaran minus 1,7 persen hingga minus 0,6 persen.
"Artinya negative territory kemungkinan akan terjadi pada kuartal ketiga dan mungkin juga masih akan berlangsung untuk kuartal keempat yang kita upayakan untuk bisa mendekati nol atau positif," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi video, Selasa, 22 September 2020.
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini berada di kisaran minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen. Sri Mulyani mengatakan proyeksi pertumbuhan ekonomi sangat bergantung kepada perkembangan kasus Covid-19 dan imbasnya terhadap perekonomian.
Apabila dirinci berdasarkan komponennya, Sri Mulyani mengatakan konsumsi rumah tangga diperkirakan masih berada pada zona kontraksi, yaitu minus 3 hingga minus 1,5 persen pada kuartal III 2020. Adapun untuk keseluruhan tahun, konsumsi Tanah Air diperkirakan tumbuh minus 2,1 hingga minus 1 persen.
Konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh tinggi pada kuartal III 2020 yaitu pada kisaran 9,8 persen hingga 17 persen. Sementara pada keseluruhan tahun berada di kisaran 0,6 persen hingga 4,8 persen. "Jadi pemerintah sudah melakukan all out melalui kebijakan belanja atau ekspansi fiskalnya sebagai cara untuk counter cyclical," kata Sri Mulyani.
Berkebalikan dengan konsumsi pemerintah, komponen investasi masih akan mengalami kontraksi di kuartal III dan keseluruhan tahun. Pada triwulan III, investasi diperkirakan turun ke level minus 8,5 persen hingga minus 6,6 persen dan untuk keseluruhan tahun di kisaran minus 5,6 persen hingga minus 4,4 persen.
Sementara itu, ekspor dan impor juga diperkirakan masih terkontraksi. Pada kuartal III, ekspor diperkirakan tumbuh negatif di kisaran -13,9 persen hingga -8,7 persen. Sementara, impor diperkirakan melemah di kisaran -26,8 persen hingga minus 16 persen.