Di saat yang sama jalan menuju pemulihan permintaan bahan bakar global kemungkinan besar akan sulit, kata beberapa eksekutif industri senior. “Tingkat infeksi (virus corona) meningkat lagi, ada penguncian lokal yang diterapkan di semakin banyak negara yang menghambat pertumbuhan ekonomi regional dan jumlah pengangguran gagal turun secara signifikan,” kata pialang minyak PVM Tamas Varga. "Hal ini menyebabkan pertumbuhan permintaan minyak suram."
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan bahwa permintaan minyak dunia akan turun 9,46 juta barel per hari (bph) tahun ini. Angka itu lebih tajam dari yang diperkirakan dalam laporan sebulan lalu.
Di Libya, komandan Khalifa Haftar berkomitmen untuk mengakhiri blokade fasilitas minyak selama berbulan-bulan, sebuah langkah yang akan menambah lebih banyak pasokan ke pasar.
“Jika produksi Libya segera kembali beroperasi, kita berbicara tentang satu juta barel per hari atau lebih, ini akan menjadi tambahan yang signifikan untuk keseimbangan global. Dan pasar memperhitungkannya hari ini,” kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak di Rystad Energy.
Sementara itu, OPEC dan sekutunya, kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada 17 September untuk membahas kepatuhan pemotongan besar dalam produksi, meskipun analis tidak memperkirakan pengurangan lebih lanjut akan dilakukan.
ANTARA
Baca: Pertamina Blak-blakan Soal Rugi Rp 11 Triliun di Semester I 2020