Total, potensi keramba apung bisa mencapai 2 juta hektare. Tapi, saat ini yang baru digarap intensif baru 200 ribu hektare saja. Lalu, 400 ribu lainnya masih idle alias menganggur.
Setelah sektor perikanan budidaya, berturut-turut sektor industri dan jasa maritim US$ 200 miliar dan sumber daya non-konvensional US$ 200 miliar. Jika potensi ini bisa dimanfaatkan maksimal, kata dia, maka akan menyerap lapangan kerja hingga 45 juta orang atau 40 persen angkatan kerja Indonesia.
Sepanjang Triwulan II 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi sektor lapangan usaha (pertanian, kehutanan, dan perikanan) terhadap PDB mencapai 15,46 persen. Sektor ini nomor dua tertinggi di bawah industri pengolahan yang mencapai 19,87 persen.
Khusus untuk sektor perikanan, kinerjanya saat ini diketahui sedang mengalami kontraksi. Triwulan II 2019, sektor perikanan tumbuh 6,24 persen (year-on-year)/yoy). Tapi pada Triwulan II 2020, langsung anjlok minus 0,63 persen.
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Yudi Nurul Ihsan, juga mengatakan sektor kelautan Indonesia masih menghadapi sejumlah persoalan. Salah satunya kurangnya pembinaan terhadap masyarakat pesisir. "Khususnya neayan," kata dia.
Baca juga: KKP Luncurkan Buku Besar Maritim Indonesia, Edhy Prabowo: Bukan Pencitraan
FAJAR PEBRIANTO