Untuk produk pakaian pelindung medis (coverall), kontribusi ekspor pasar Belanda sebesar 54 persen, Belgia sebesar 20,8 persen, Jerman sebesar 13,0 persen, Italia 6,7 persen, dan Jepang 4,4 persen. Kontribusi pasar Amerika Serikat untuk produk masker medis dan non medis dengan kode golongan barang atau harmonized system (HS) sebesar 54,6 persen.
Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Seluruh Indonesia (Ikatsi) Suharno Rusdi mengatakan Amerika Serikat dan Eropa merupakan pasar ekspor terbesar produk APD Indonesia. Data bulan Juni mencatat ekspor masker non medis ke AS mencapai US$12,78 juta atau mencapai 69 persen dari total ekpor periode tersebut yang bernilai US18,44 juta, disusul Ingris dengan nilai US$2,03 atau 11,01 persen.
"Amerika merupakan negara yang menempati peringkat pertama menderita Covid 19, sementara industri garmen di AS tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar yang ada," ujar Suharno.
Selain produk APD Indonesia memenuhi standar internasional, Suharno mengatakan tingginya ekspor ke AS dan Eropa karena beberapa pengusaha tekstil dan produk tekstil dalam negeri memang telah familiar dengan pasar tersebut. Kemudian, industri garmen Amerika maupun Eropa tidak akan mungkin memproduksi APD yang dapat bersaing dengan produk APD karena faktor ongkos buruh di sana yang sangat mahal.
"Pasar ekspor APD kita akan terus meningkat selama pandemi covid19 ini belum dapat teratasi, setidaknya sampai akhir tahun ini prediksi IKATSI grafik ekpor APD kita akan terus meningkat," ujar Suharno.