TEMPO.CO, Jakarta - Maskapai penerbangan PT AirAsia Indonesia Tbk. mencatat kerugian Rp 345,53 miliar per kuartal I tahun 2020. Angka kerugian itu melonjak hingga 268,4 persen ketimbang rugi bersih perusahaan pada kuartal pertama tahun 2019 sebesar Rp 93,79 miliar.
Dalam laporan keuangan kuartal I tahun 2020 yang dipublikasikan pada Sabtu pekan lalu, 29 Agustus 2020, emiten berkode saham CMPP ini menyebutkan pendapatan Rp 1,32 triliun. Pendapatan ini turun tipis 0,57 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar Rp 1,33 triliun.
Namun demikian, ada peningkatan beban bahan bakar sebesar 6,83 persen secara year-on-year (yoy) dari Rp 576,51 miliar menjadi Rp 615,89 miliar. Sehingga secara keseluruhan, pos beban penghasilan usaha naik 18,83 persen secara tahunan menjadi Rp 1,67 triliun dari sebelumnya Rp 1,41 triliun.
Pendapatan keuangan juga menyusut hingga hampir separuhnya dari Rp 1,05 miliar menjadi hanya Rp 548,57 juta. Sementara beban keuangan bertambah menjadi Rp 61,21 miliar dari sebelumnya hanya Rp 19,49 miliar. Akibatnya, rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik membumbung tinggi.
AirAsia Indonesia juga masih belum melaporkan laporan keuangan semester I tahun 2020. Namun, dalam keterbukaan informasi yang disampaikan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 21 Agustus 2020 lalu, perseroan memperkirakan laba bersih akan mengalami penurunan hingga 51-75 persen lantaran operasional perusahaan terdampak pandemi Covid-19. Pendapatan perusahaan juga diproyeksi mengalami penurunan dengan persentase yang sama.