TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Riset Center of Reforms on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menilai defisit anggaran dalam Rancangan Undang-Undang APBN 2021 yang mencapai 5,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) masih kurang besar.
"Enggak ada masalah dengan pelebaran defisit. Saya justru berpandangan defisitnya kurang besar. Pemerintah masih terlalu berhati-hati," ujar Piter saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 14 Agustus 2020.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan defisit pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021 dipatok sekitar 5,5 persen dari PDB. Angka tersebut setara dengan Rp 971,2 triliun. Defisit anggaran 5,5 persen tersebut lebih rendah dibandingkan defisit anggaran di tahun 2020 sekitar 6,34 persen dari PDB atau sebesar Rp 1.039,2 triliun.
Tahun depan, lanjut Piter, pemerintah seharusnya lebih progresif dan perlu usaha keras untuk membangkitkan kembali perekonomian di Tanah Air.
"Perlu berbagai stimulus. Sementara penerimaan pajak belum bisa dipaksa meningkat, karena dunia usaha pasti masih belum sepenuhnya pulih," kata Piter.
Kendati demikian, Piter menilai program-program yang sudah dibuat pemerintah untuk memulihkan ekonomi nasional setelah terkena dampak pandemi sudah relatif baik dan tepat.
"Program pemerintah arahnya sudah banyak yang tepat. Tinggal diperbesar dan dipercepat realisasinya, bansos, bantuan kepada dunia usaha, dan lain-lain," ujarnya.
ANTARA