TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan 2016-2019, Enggartiasto Lukita mendorong pemerintah meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat di masa pandemi Covid-19 ini. Selama ini, kata Enggar, ikan baru dikonsumsi oleh mayoritas penduduk di daerah dengan kategori miskin saja.
Sementara di daerah yang kaya seperti di kota, cenderung mengkonsumsi daging. "Terkesan di kota, makan daging itu adalah kemewahan dan kategori orang kaya," kata Enggar dalam Forum Diskusi Virtual Denpasar 12 pada Kamis, 13 Agustus 2020.
Data ini, kata Enggar, merupakan hasil dari sebuah survei yang diadakan beberapa waktu lalu. Meskipun belum sepenuhnya sesuai sampel, tapi Enggar menyebut potensi ikan di Indonesia sangat besar.
Kultur Indonesia, kata dia, merupakan negara kepulauan. Tapi konsumsi ikan di masyarakat masih rendah. "Ini perlu didorong, karena itu juga sehat," kata dia.
Hingga 2019, konsumsi ikan masyarakat Indonesia diketahui sudah mencapai 54,49 per kilogram per tahun per kapita. Tapi posisi ini masih lebih rendah dari negara tetangga. DI tahun 2017, tingkat konsumsi ikan Malaysia sudah mencapai 70 kg Singapura 80 kg, hingga Jepang 100 kg.
Di sisi lain, sektor perikanan pun ikut tertekan akibat pandemi Covid-19 ini. Secara kumulatif, sektor usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan masih tumbuh 2,19 persen yoy dan 16,24 persen (quartal-to-quartal/qtq).
Tapi jika dirinci, hanya pertanian dan kehutanan yang tumbuh positif. Sementara sektor peternakan justru amblas pada triwulan II 2020. Sektor ini tumbuh minus 0,63 persen (yoy), dan minus 4,11 persen (qtq).