Di balik peluang tersebut, Tirto mengkhawatirkan pertumbuhan produk yang tak terkait Covid-19. Di masa pandemi dia mencatat terdapat penurunan kinerja produksi lantaran permintaan yang turun hingga 60 persen. "Pasien non Covid-19 yang berkunjung ke fasilitas kesehatan menurun," katanya.
Utilisasi pabrik yang kurang dari 50 persen selama tiga bulan terakhir berujung pada pemutusan hubungan kerja dan merumahkan karyawan.
Arus kas distributor obat pun terganggu karena fasilitas kesehatan menunda pembayaran. Total tagihan yang sudah jatuh tempo menurut Tirto mencapai Rp 3 triliun.
"Karena belanja pemerintah masih dominan untuk menggerakkan industri farmasi, upaya untuk meningkatkan dan mempercepat penyerapan anggaran harus menjadi prioritas Kementerian Kesehatan," katanya berharap percepatan tersebut dapat membantu memulihkan arus kas perusahaan.
HENDARTYO HANGGI | VINDRY FLORENTIN