Meski begitu, kata Faik, perusahaan masih bisa memanfaatkan potensi kargo dari sejumlah lokasi pemberangkatan, contohnya Bandara Sentani di Papua, yang melayani lalu lintas 30 ribu ton barang pada triwulan pertama 2020. “Kami dorong carter khusus barang (freighter),” katanya. Upaya lain perseroan, dia menambahkan, adalah pemanfaatan aset lahan bandara yang sudah bebas maupun yang idle, serta penguatan teknologi mengurangi layanan fisik.
Hingga Mei lalu, Director of Engineering PT Angkasa Pura II (persero), Agus Wialdi, mengatakan entitasnya juga menghemat biaya operasional di 19 bandara. Manajemen Bandara Soekarno-Hatta, Bantendia mencontohkan, membekukan penggunaan Skytrain dan menggantinya dengan shuttle bus antar terminal. “Penghematan biaya operasional terbesar pada penggunaan listrik di seluruh bandara, hingga sekitar 46 persen,” ucapnya.
Presiden Direktur Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, meyakini volume penumpang di wilayahnya bisa meningkat bulan ini. Pada Juni lalu, hanya ada total pergerakan 500-550 pesawat per hari di bandara Angkasa Pura, setara volume 25-30 ribu penumpang per hari. “Kami prediksi pada Juli meningkat 20-25 persen.”
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Novie Riyanto, berjanji meningkatkan kapasitas secara bertahap hingga 100 persen bila standar kesehatan di sektor penerbangan bisa dipertahankan. “Operator harus menyiapkan protokol ketat, dari keberangkatan, di kabin, hingga pendaratan.”
Adapun Direktur Utama AirNav Indonesia, Pramintohadi Sukarno, mengatakan entitasnya pun bakal menggenjot layanan sesuai normalisasi jam operasional bandara. “Kami menyambut baik optimalisasi slot dalam rangka recovery ini,” ucapnya.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | JONIANSYAH | YOHANES PASKALIS