Jadi begini, kalau kita lihat portofolio Astra tidak hanya kendaraan bermotor. Kami sudah melakukan banyak diversifikasi dalam sepuluh tahun terakhir. Apabila kita tinjau, kendaraan bermotor baik empat roda maupun dua roda itu berkontribusi sekitar 45 persen sampai 50 persen. Kalau ditambah dengan turunannya, termasuk jasa keuangan bisa lebih dari itu. Jadi yang terdampak terhadap pandemi ini tidak hanya kendaraan bermotor, tapi juga bisnis lain.
Memang, kalau kita lihat yang paling instan terkena dampak pandemi adalah kendaraan bermotor. Kami sudah melihat bahwa pada Mei 2020 kendaraan bermotor roda empat hanya 17 ribu secara retail. Di Juni kami melihat suatu pergerakan yang cukup baik, sudah naik dibandingkan bulan Mei. Kami berharap dengan adanya PSBB transisi yang diterapkan oleh gubernur, mudah-mudahan kita akan cepat pulih.
Kalau kita lihat kembali apa yang kami akan lakukan, tentunya sejak pandemi ini diumumkan presiden pada awal Maret, kami sudah memastikan beberapa hal yang mesti dilakukan di seluruh unit bisnis Astra. Yang pertama adalah kedisiplinan dalam pengelolaan finansial.
Mengenai capex, kami melakukan revisi kembali. Tentunya dalam situasi pandemi ketika semua bisnis turun, konservasi cash menjadi penting. Jadi kami melakukan reprioritizing terhadap semua belanja modal kami. Pengeluaran biaya yang menurut kami tidak urgent akan kami tekan semampu kami. Selain itu, likuiditas alias arus kas selalu kami jaga di Astra maupun seluruh unit bisnis grup Astra.
Yang kedua, kami selalu menjaga bahwa bisnis yang hari ini dimiliki oleh Astra tetap mempertahankan post leadership. Operational excellence yang selama ini sudah kami bangun bertahun-tahun harus kami pertahankan.
Yang ketiga, kita tidak boleh terlena dengan situasi pandemi yang terjadi saat ini. Kami juga tetap melihat apa pun yang memiliki potensi untuk berkembang secara jangka panjang tetap akan kami perhatikan.
+ Bagaimana Astra menjaga arus kas dan memenuhi liabilitas tahun ini?