TEMPO.CO, Jakarta - Bank Pembangunan Asia atau ADB menggelontorkan paket bantuan tahap awal senilai US$ 6,5 miliar atau senilai Rp 103,35 triliun untuk mengatasi keperluan mendesak dari negara-negara berkembang anggotanya dalam menghadapi pandemi virus Corona atau Covid-19.
"Ini telah menjadi krisis global sehingga perlu aksi kuat di tingkat nasional kawasan dan dunia,” kata Presiden ADB Masatsugu Asakawa dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020.
Paket itu mencakup US$ 3,6 miliar untuk operasi sektor publik bagi kegiatan kesehatan dan ekonomi dalam menghadapi Covid-19 dan US$ 1,6 miliar untuk operasi sektor swasta bagi UMKM, perdagangan domestik, serta perusahaan terdampak secara langsung.
Selain itu ADB juga akan memobilisasi sekitar US$ 1 miliar dari sumber daya konsesional melalui relokasi beberapa proyek yang sedang berlangsung dan mengkaji kemungkinan kebutuhan yang darurat. “ADB akan menyediakan US$ 40 juta untuk bantuan teknis dan hibah yang dapat disalurkan dengan cepat,” kata Asakawa.
ADB juga akan menyesuaikan instrumen pendanaan dan bisnis proses untuk menyediakan paket dukungan pada negara-negara berkembang anggota secara cepat dan fleksibel.
Asakawa menyatakan jika disetujui oleh Dewan Direktur ADB maka penyesuaian itu mempercepat akses terhadap bantuan darurat bagi perekonomian yang memiliki keterbatasan fiskal, prosedur yang lebih ringkas untuk pemberian pinjaman berbasis kebijakan, dan sistem pengadaan universal yang fleksibel.
Dengan begitu, ADB turut memperkuat kolaborasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan badan-badan pendanaan bilateral untuk memastikan implementasi yang efektif dari upaya tanggap virus Corona.
Secara keseluruhan ADB telah menyediakan lebih dari US$ 225 miliar untuk memenuhi kebutuhan darurat baik dari pemerintah maupun perusahaan di negara anggotanya yang berkembang. Tanggap Covid-19 yang diluncurkan ADB sampai sekarang termasuk hibah US$ 2 juta untuk memperkuat upaya pencegahan, deteksi, dan tindakan terhadap penyakit menular di Cina dan sub-kawasan Mekong pada 7 Februari 2020.
Kemudian, pinjaman swasta senilai US$ 18,6 juta untuk sebuah perusahaan distributor farmasi di Wuhan, Cina, agar dapat menyediakan kebutuhan medis dan perlengkapan pelindung pribadi pada 25 Februari 2020.
Adapun Hibah kedua dengan alokasi tahap awal senilai US$ 2 juta untuk membantu negara berkembang anggota menghambat laju Covid-19 dan memperkuat ketahanan di bidang kesehatan pada 26 Februari 2020.
ADB juga telah menyiapkan US$ 200 juta melalui Program Rantai Pasokan Finansial ADB bagi perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan obat-obatan serta perlengkapan lain untuk menghadapi Covid-19 pada 12 Maret 2020. Ada juga hibah US$ 3 juta untuk mendukung tanggap upaya Covid-19 oleh pemerintah Filipina termasuk untuk membeli kebutuhan medis darurat dan penyediaan layanan kesehatan yang efektif pada 13 Maret 2020.
Sementara hibah US$ 600 ribu dari Proyek Penguatan Sistem Kesehatan untuk membiayai upaya pencegahan dan tindakan di Sri Langka termasuk pengawasan penyakit dan penyediaan kebutuhan dan peralatan medis pada 13 Maret 2020. Lalu ada hibah US$ 100 ribu direalokasikan dari Proyek Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Terpadu di Tajikistan untuk membiayai upaya pencegahan dan mitigasi COVID-19, kebutuhan medis, dan alat-alat penunjang pada 13 Maret 2020.
Berikutnya dana US$ 1,4 juta direalokasikan dari Proyek Pengembangan Sektor Kesehatan Kelima di Mongolia untuk pengadaan peralatan medis esensial bagi deteksi awal, layanan darurat, dan pengelolaan penyakit pernafasan akut pada 18 Maret 2020. ADB juga menyetujui bantuan teknis skala kecil senilai US$ 225 ribu untuk memperkuat kapasitas nasional Mongolia dalam mencegah dan menangani penyakit menular.
ANTARA