TEMPO.CO, Jakarta - Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG pekan depan berpotensi menguat. Namun, pergerakan IHSG masih dibayangi potensi melemah karena dampak virus Corona Covid-19.
"Tapi masalahnya kalau fundamental masih berkaitan dengan Covid-19, melemahnya proyeksi data PMI Manufaktur berbagai negara termasuk Indonesia, serta dinamika politik dan keamanan yang berkembang saat ini, seperti yang terjadi di kawasan Timur Tengah misalnya," kata Nafan saat dihubungi, Ahad, 29 Februari 2020.
Dia melihat pasar berharap data-data inflasi domestik yang cukup stabil. Dengan begitu, menurut dia, bisa menopang stabilitas fundamental makroekonomi domestik.
Adapun IHSG terkulai tak berdaya dalam selama sepekan terakhir. Pada perdagangan kemarin Jumat, 28 Februari 2020, IHSG ditutup melemah 1,50 persen atau 82,99 poin ke level 5.452,70. Angka itu merupakan level terendah sejak Mei 2017. Sebelumnya pada perdagangan Kamis, 27 Februari 2020, IHSG mengakhiri pergerakannya di level 5.535,69 dengan penurunan 2,69 persen.
Beberapa saham berkapitalisasi besar ikut anjlok, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang terkoreksi 4,91 persen. Saham perbankan lain, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) juga terjerembab. Saham BBNI turun 9,65 persen sedangkan BRI 7,10 persen.
Nafan memperkirakan pada pekan depan support pertama maupun kedua memiliki range pada 5.288,75 hingga 5 128,17. Sementara itu, resistance pertama maupun kedua memiliki range pada 5.526,82 hingga 5.623,84.
"Berdasarkan indikator, MACD masih negatif. Meskipun demikian, Stochastic dan RSI sudah menunjukkan jenuh jual atau oversold. Di sisi lain, terlihat pola bullish pin bar yang mengindikasikan adanya potensi rebound pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke area resistance," ujar Nafan.
HENDARTYO HANGGI