TEMPO.CO, Jakarta - Pada pembukaan perdagangan hari ini, indeks harga saham gabungan atau IHSG terkoreksi 1,8 persen atau 99,52 poin menjadi 5.436,17. Ini menjadi level terendah sejak 16 Maret 2017 di posisi 5.518,24.
Berikutnya pada pukul 11.05 WIB, IHSG telah tertekan 4,22 persen hingga ke level 5.301,9. Adapun sejumlah saham besar seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) ikut terperosok, masing-masing turun 3,97 persen dan 3,15 persen.
Meski begitu, analis belum merekomendasikan buy on weakness. Analis Artha Sekuritas Dennis Christopher, misalnya, mengatakan saat ini pasar masih memiliki potensi pelemahan lebih lanjut, bahkan hingga di level support 5.100.
Oleh karena itu, ia merekomendasikan para pelaku pasar untuk menahan diri dan jangan dulu masuk dalam kondisi seperti saat ini. Dia juga belum menyarankan investor untuk memborong saham yang terjerembab.
“Jangan masuk. Kalau sudah punya barang, manfaatkan technical rebound untuk exit,” kata Dennis, Jumat, 28 Februari 2020.
Dennis melihat pergerakan indeks bearish dan ia memperkirakan hal itu akan berlangsung dalam jangka menengah. Faktor utama yang terus membayangi pergerakan indeks itu adalah kekhawatiran mengenai semakin parahnya dampak yang ditimbulkan oleh virus Corona.
Sebelumnya, pada akhir sesi perdagangan Kamis kemarin, IHSG ditutup melemah di level 5,535.69 atau turun 2,69 persen. Pelemahan didorong oleh sektor keuangan dan industri dasar yang masing-masing turun 3,94 persen dan 2,66 persen.
Bursa Amerika Serikat kemarin juga ditutup melemah. Indeks Dow Jones ditutup 25,766.64 (-4.42 persen), NASDAQ ditutup 8,566.48 (-4.61 persen), S&P 500 ditutup 2,978.76 (-4.42 persen).
Adapun bursa saham AS ditutup menurun diperkirakan karena investor nampak jauh lebih panik dari beberapa waktu sebelumnya. Investor semakin waspada atas penyebaran virus COVID19 yang kemungkinan mulai masuk ke dalam AS seiring dengan meningkatnya kasus COVID19 yang makin meningkat di luar Cina.
Sementara itu bursa Asia dibuka melemah dengan tekanan yang cukup kuat. Indeks Nikkei menurun sebesar 3 persen pada awal perdagangan. Hal tersebut diprediksi akan mencetuskan jual panik (panic selling) pada bursa Asia lainya termasuk Indonesia dan investor lebih memilih instrumen safe haven seperti emas dan CHF.
BISNIS