Pada periode yang sama juga, Bank Mandiri juga dapat memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio NPL gross atau kredit macet turun 42 basis poin menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember tahun lalu. Dampaknya, biaya CKPN pun ikut melandai sebesar -14,9 persen year on year menjadi Rp 12,1 triliun.
Menurut Royke, konsistensi untuk mengutamakan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dalam ekspansi serta inovasi layanan yang berkelanjutan melalui otomatisasi ataupun digitalisasi, menjadi kunci perseroan dalam melewati tahun 2019 yang diwarnai dengan persaingan ketat industri perbankan serta maraknya usaha pembiayaan berbasis digital.
“Perseroan menyadari tantangan industri perbankan tahun ini akan semakin kompleks, baik dari aspek likuiditas, keberadaan industri teknologi finansial serta ketidakpastian situasi ekonomi global. Untuk itu, kami akan terus mewaspadai perkembangan ekonomi terkini dan melakukan inisiatif strategis yang diperlukan berdasarkan pertimbangan efektifitas dan efisiensi,” kata Royke.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri, Silvano Winston Rumantir, mengatakan alokasi 60 persen laba bersih sebagai dividen adalah usulan perseroan yang telah dikonsultasikan dengan para pemegang saham. Sehingga, ia memastikan keputusan itu sudah mempertimbangkan berbagai aspek dan aman untuk pertumbuhan perseroan. "Ini usulan kami dan sudah disetujui."