"Kami yakin dengan adanya keterbukaan investasi bahan baku ini, baik industri BUMN dan swasta, akan bersinergi menurunkan bahan baku impor," tutur Verdi.
Adapun Indofarma memiliki tiga fokus bisnis, pertama obat-obatan, alat kesehatan, dan produk herbal. Direktur Utama Indofarma Arief Pramuhanto mengatakan untuk obat-obatan, nantinya Indofarma akan produkai yang sifatnya melengkapi produk Kimia Farma. Selain itu, Arief mengatakan Indofarma memiliki visi untuk menjadi perusahaan yang ikut bergerak di bidang pengembangan alat kesehatan yang saat ini kontribusi impornya masih tinggi.
"Kami akan memperbesar porsi pendapatan dari produk alat kesehatan hingga 30 persen, dari yang sebelumnya hanya 10 persen," ujar Arief.
Saat ini, kata Arief, Indofarma telah menyiapkan lahan seluas 20 hektare di kawasan Cibitung, Bekasi, untuk pengembangan kawasan industri alat kesehatan. Industri tersebut, kata dia, akan dirancang dengan mengutamakan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga di atas 50 persen. "Kami akan kerja sama operasi, baru setelahnya akan masuk sebagai joint venture," ujar Arief.
Untuk produk herbal, Arief mengatakan Indofarma sudah memiliki pabriknya sejak 2003. Namun, kapasitas produksinya masih belum optimal karena tingkat utilisasinya masih 30 persen. Menurut dia, pasar obat tradisonal nantinya akan ditingkatkan apalagi Indonesia memiliki keanekaragaman hayati melimpah yang bisa dijadikan bahan baku. "Kami berharap bahan baku obat tradisional ini bisa menjadi salah satu alternatif pengobatan masyarakat seperti pasar obat Cina," kata Arief.