TEMPO.CO, Jakarta - Pasar modal Indonesia diperkirakan masih akan dihantui oleh resesi global. Kondisi ini bakal menekan arus investasi ke Indonesia.
Peneliti Senior PT Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero mengungkapkan bahwa pasar modal akan menghadapi risiko terjadinya resesi dunia. Akan tetapi, risiko tersebut dalam tren menurun bila melihat angka pertumbuhan, tingkat pengangguran dan respons bank sentral Amerika.
Baca Juga:
"Namun melemahnya pertumbuhan ekonomi di banyak negara mulai dari Cina dan India hingga kawasan Eropa akan cukup berpengaruh terhadap Indonesia dan arus investasi ke Indonesia," ungkapnya kepada Bisnis, Rabu, 25 Desember 2019.
Senada dengan Poltak, Bank Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi dunia melambat, akan tetapi ketidakpastian pasar keuangan global menurun. Terdapat sejumlah perkembangan positif terkait dengan perundingan perang dagang antara AS-Tiongkok serta proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), meskipun sejumlah risiko geopolitik masih berlanjut.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko mengungkapkan pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan 3,0 persen pada 2019, menurun dari 3,6 persen pada 2018, dan kemudian pulih terbatas menjadi 3,1 persen pada 2020, ditopang pertumbuhan negara berkembang.
Onny memprakirakan bahwa PDB AS dan Cina melambat dipengaruhi terbatasnya stimulus dan dampak pengenaan tarif yang sudah terjadi. Ekonomi India juga menurun dipengaruhi konsolidasi di sektor riil dan sektor keuangan, baik bank maupun nonbank.
Di sisi lain, perbaikan mulai terlihat pada Eropa dan Jepang, meskipun masih relatif terbatas, ditopang permintaan domestik yang membaik. Kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS-Cina juga berdampak pada menurunnya risiko di pasar keuangan global serta mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing ke negara berkembang.
Bank Indonesia menilai prospek ekonomi global dipengaruhi kemajuan trade deal AS-Tiongkok, pemanfaatan trade diversion negara berkembang, efektivitas stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter, serta kondisi geopolitik. Prospek pemulihan global tersebut menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan arus masuk modal asing.
BISNIS