TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Asosiasi Travel Agent Indonesia, Pauline Suharno, mengakui intensitas pemesanan tiket pesawat tak sederas biasanya. Meski belum merinci angkanya, dia menyebut penumpang lebih berminat pada perjalanan keluar negeri. "Dalam negeri tetap melonjak tapi tak setinggi tahun lalu, mayoritas tujuan flight masih ke Bali, Belitung, dan Yogyakarta," ujarnya kepada Tempo, Senin 23 Desember 2019.
Sejumlah maskapai berbiaya murah atau low cost carrier mempertahankan layanan prima meski pasar penerbangan di ujung 2019 tak setinggi tahun lalu. Corporate Communications Strategic Lion Air, Danang Mandala Prihartono, mengatakan perusahaannya terus memantau dinamika permintaan di seluruh rute. "Dari segi kapasitas, kami selalu siap mengisi sesuai demand," ujarnya.
Menurut dia, animo penumpang tak bisa disimpulkan hanya dari volume pemesanan harian. Manajemen harus mengecek statistik dalam kurun waktu tertentu untuk menentukan naik tidaknya permintaan penumpang. "Kami harus cek data sehingga belum bisa berkomentar."
Yang pasti, dia melanjutkan, Lion mengerahkan seluruh armada untuk semua rute eksisting, terutama yang terpadat. Pesawat yang dirotasikan sesuai kebutuhan itu mulai dari Boeing 737-900 ER berkapasitas 215 kursi, Boeing 737-800 NG berkapasitas 189 kursi, serta Airbus 330-300 dengan 440 kursi. "Kami kan sudah pakai Airbus 330-900 Neo untuk rute gemuk seperti Jakarta - Solo," ujarnya.
Kepada Tempo, awal bulan ini, Presiden Direktur Lion Air, Edward Sirait, sempat memperkirakan arus penumpang domestik Lion bakal naik 10 persen dari masa reguler. Saat ditanya kembali soal prediksi tersebut, kemarin, dia belum merespons.
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Veranita Yosephine Sinaga, melalui keterangan tertulis, mengandalkan animo penumpang di destinasi favorit baru, yaitu Belitung, Labuan Bajo, serta ke Sorong. Sejak 14 Desember, manajemen mengklaim sudah mencatat lonjakan pemesanan rute domestik hingga 90 persen. "Keterisian di beberapa rute sudah 100 persen dan kami pikir akan konsisten sampai akhir tahun," katanya.
AirAsia mengerahkan 28 pesawat untuk akhir tahun. Tampungannya sudah termasuk 65 ribu kursi penerbangan tambahan yang berlaku hingga 5 Januari 2020.
Direktur Niaga Garuda Indonesia, Pikri Ilham Kurniansyah, juga berjanji memaksimalkan layanan meski perusahaan sempat diterpa isu negatif. Baik Garuda maupun Citilink yang bergerak di segmen tiket murah, kata dia, selalu menggenjot keterisian rute asing di akhir tahun. "Akhir tahun biasanya South West Pacific dan Jepang yang demandnya tinggi."
Jebloknya tren penerbangan pun terlihat dari hasil survei Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan terhadap 2.200 perwakilan rumah tangga pemudik akhir tahun. Dari total perjalanan 16,41 juta masyarakat di berbagai moda, hanya ada 24 persen pengguna pesawat. Lebih dari separuhnya memilih perjalanan darat, sementara pemakai kapal laut hanya sekitar 1 persen.
Direktur Teknik PT Angkasa Pura II (Persero), Djoko Murjatmodjo, pun mengatakan pergerakan penumpang di seluruh bandara perseroan merosot 18,85 persen, dari 112,6 juta orang pada tahun lalu menjadi hanya 90,4 juta.
Menurut dia, pemicu utamanya adalah harga tiket mahal yang belum membaik sejak akhir 2018. Ada pula pengaruh kebijakan bagasi berbayar. "Sebenarnya sudah ada dari dulu, tapi sengaja diembuskan sehingga berpengaruh,” katanya.
FRANSISCA CHRISTY ROSANA | FAJAR PEBRIANTO | ANDI IBNU