Menurut Emil, ada empat syarat yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan desain ibu kota negara. “Kota ini harus tidak bermasalah. Kedua harus punya identitas, itu yang penting,” ucapnya.
“Kita tidak mendesain kota baru saja tapi kota baru yang ibu kota. Orang akan bertanya apa bedanya ibu kota Indonesia dengan Brazil atau Jepang (misalnya). Maka ke-identitas-an muncul di situ, isu sejarah, Pancasila,” lanjutnya.
Ketiga, ibu kota negara harus kontekstual. Artinya, merespons alam, terlebih wilayah yang dipilih untuk menjadi ibu kota baru Indonesia adalah daerah tropis. “Karena dipilihnya di situ, maka rawa-rawa, sungai, gunung, bukit harus dimasukkan sebagai unsur dalam membuat kotanya,” katanya.
“Yang keempat, adalah urban sistemnya. Orang bisa berjalan kaki, isu lingkungan, smart city, dan lain-lain. Gabungan itu semua harus ada di desain si pemenang itu,” tambahnya.
Emil menambahkan, karya pemenang sayembara desain ibu kota baru memiliki kesempurnaan sekitar 80 persen. Untuk itu, nantinya, akan ada kolaborasi antara pemenang sayembara dengan hasil karya desain lainnya.
BISNIS