Secara terpisah, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Yose Rizal Damuri mengatakan kejadian pemakzulan ini tidak akan memiliki dampak signifikan terhadap kondisi perekonomian Indonesia maupun global.
Menurutnya, kondisi ketidakpastian ekonomi saat ini sudah berada di titik terendah. Proses pemakzulan tersebut, lanjutnya, juga sudah berjalan selama sekitar 2 bulan, sehingga sejumlah pelaku ekonomi pasti telah memperhitungkan kejadian ini.
Apalagi, Trump juga kemungkinan besar tidak akan dilengserkan dari jabatannya. Pasalnya, saat ini proses pemakzulan tengah memasuki sidang Senat. "Komposisi di Senat sendiri lebih dominan diisi oleh partai pengusung Trump, Republikan. Sehingga, saya kira [pelengseran] tidak akan terjadi," ujar Yose.
Selanjutnya, Yose juga mengatakan pemakzulan Trump tidak akan berdampak terhadap prospek dagang Indonesia. Meski tidak memungkiri akan terjadi penurunan, ia mengatakan kontraksi nilai dagang bukan disebabkan oleh isu ini.
"Faktor lainnya seperti perundingan dagang Cina dan AS saya kira lebih memainkan peran. Meskipun kemarin sudah ada kesepakatan dagang antara kedua pihak, tetapi [kesepakatan] itu baru mencakup beberapa hal saja," katanya.
Sementara itu, ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pelaku pasar cenderung merespons flat pemakzulan presiden Trump yang diputuskan melalui voting di DPR AS. Namun, mereka juga masih menunggu voting di Senat yang didominasi oleh partai Republikan, pendukung Trump.
Ia mengatakan dampak kejadian ini terhadap perekonomian Indonesia relatif marginal. Nilai rupiah pada kemarin stabil setelah hasil voting di DPR AS diumumkan. Selain itu, fundamental ekonomi Indonesia yang solid juga tetap mendukung masuknya dana asing ke pasar keuangan domestik.
"Tingkat inflasi yang terjaga, serta keseimbangan eksternal yang terkendali diperkirakan akan tetap menjaga stabilitas perekonomian Indonesia," ujarnya.
BISNIS