TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2019 yang hanya sebesar 5,02 persen year on year patut disyukuri. Capaian Indonesia ini, kata dia, jauh lebih baik dibandingkan beberapa negara lain.
"Sudah lebih dari 5 (persen) sudah bagus. Bandingkan dengan negara lain ada yang sudah minus, ada yang menuju ke nol, ada yang berkurang ke 1 persen, 2 persen. Ada yang anjlok di bawah 1 (persen). Ini patut kita syukuri," katanya saat meresmikan Pembukaan Indonesia Banking Expo 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta, Rabu, 6 November 2019.
Menurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi ini pantas disyukuri mengingat kondisi global yang tidak menentu akibat adanya perang dagang, Brexit, dan resesi yang dialami sejumlah negara. Ia bercerita sudah mendapat peringatan dari Managing Director International Monetary Fund Kristalina Georgieva di Thailand beberapa hari lalu agar berhati-hati dalam mengelola kebijakan moneter.
"Dia berikan sebuah warning, 'Jokowi hati-hati dalam kelola baik moneter atau fiskal. Hati-hati karena kondisinya seperti ini'," kata mantan gubernur DKI Jakarta itu menirukan ucapan Kristalina.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III-2019 ini jauh lebih rendah dari kuartal III-2018 sebesar 5,17 persen. Namun pertumbuhan ekonomi secara kuartalan masih tumbuh 3,06 persen. Secara kumulatif masih tumbuh 5,04 persen.
Kepala BPS Suhariyanto merincikan pertumbuhan kuartal III 2019 (qtq) naik 3,06 persen di mana sektor lapangan usaha untuk pengadaan listrik dan gas tumbuh 4,94 persen, disusul sektor lapangan konstruksi 4,76 persen, dan jasa keuangan serta asuransi tumbuh 4,66 persen.
Untuk pertumbuhan PDB pada kuartal III/2019 secara (yoy), sektor lapangan usaha penyumbang tertinggi adalah jasa lainnya sebesar 10,72 persen, disusul jasa perusahaan sebesar 10,22 persen, dan jasa kesehatan serta kegiatan sosial tumbuh 9,19 persen.
Ada 9 sektor mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan kuartal III/2018 misalnya industri 4,15 persen (yoy) dari sebelumnya 4,35 persen. Lalu pertanian juga terkontraksi menjadi 3,08 persen (yoy) sebelumnya 3,66 persen.