TEMPO.CO, Jakarta - Penggunaan mesin Autonomous Vehicle dan Equipment untuk menggantikan tenaga manusia telah dimulai di bandara-bandara milik PT Angkasa Pura II (Persero). Setelah pekerjaan petugas check in manual diganti dengan vending machine, kini, perusahaan perlahan mulai menggunakan mesin tersebut untuk menggantikan pekerjaan yang masif dan berulang seperti pengumpul troli, layanan kebersihan, airport helper, hingga ground handling.
“Kami lakukan bertahap,” kata Direktur Utama Angkasa Pura II Awaluddin saat ditemui dalam acara penandatanganan MoU percepatan program kendaraan berbasis listrik di Gedung BPPT, Jakarta Pusat, Rabu, 16 Oktober 2019.
Saat ini, kata Awaluddin, beberapa pekerjaan ground handling atau penanganan bagasi bandara telah beralih menggunakan baggage truck berbasis listrik. Meski saat ini masih menggunakan tenaga manusia untuk supir, namun ke depan perusahaan akan mencoba penerapan sensor. “
Lalu untuk tugas Customer Service (CS), Angkasa Pura II juga telah meluncurkan aplikasi chatbot bernama Tasya. Dengan aplikasi ini, penumpang pesawat bisa melaporkan keluhan di bandara hanya melalui layanan chat saja. Terakhir, mesin Autonomous Vehicle yang sama juga sudah mulai diuji coba untuk mengepel lantai bandara. “Jadi dia bisa langsung ke pesawat (membawa bagasi), karena jaraknya kan pendek,” kata dia.
Sementara itu, layanan yang sudah lama diluncurkan seperti check-in mandiri via vending machine, juga akan terus diperluas. Awaluddin mencontohkan bagaimana sejumlah vending machine telah berjejer banyak saat ini di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Kondisi yang sama juga ada di seluruh terminal di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten.
Khusus di Bandara Soekarno-Hatta, kata Awaluddin, perbandingan penggunaan check-in mandiri lewat vending machine dan check-in manual di counter maskapai masih 30 dan 70. Namun, situasi bakal dibalik jika revitalisasi Terminal 2F dan Terminal 1C di bandara ini rampung tahun depan.
Sehingga, Angkasa Pura II menargetkan perbandingannya bisa berbalik 180 derajat, 70 persen untuk check-in mandiri via vending machine dan 30 persen untuk check-in manual. “Check-in manual akan tetap ada, hanya untuk senior citizen lah,” kata dia.
PT Angkasa Pura II, kata Awaluddin, memiliki skema terhadap peralihan ini. Perusahaan akan lebih dulu mengurangi tenaga manusia pada pekerjaan yang berulang dan masif tersebut karena cenderung membuat perusahaan mengeluarkan biaya. Sebagai gantinya, perusahaan memindahkan tenaga kerja ini ke sektor yang mendatangkan pendapatan dan nilai tambah. Untuk itulah sekarang Angkasa Pura memiliki layanan berbayar, Concierge Express atau asistensi check-in.
Dengan skema ini, Awaluddin yakin peralihan dari tenaga manusia ke mesin akan berjalan dengan rapi. Terlebih, beberapa layanan masih akan tetap mengandalkan manusia, seperti layanan Help Desk dan beberapa konter check-in manual. “Jangan khawatir, dalam konteks ini, bukan berarti kita menggunakan tenaga mesin, robot, atau apapun itu untuk menggusur orang, bukan,” kata dia.