TEMPO.CO, Jakarta - Organisasi Jaringan Pemantau Hutan Independen, Forest Watch Indonesia (FWI) menyatakan angka laju deforestasi atau penebangan hutan selama 2013 hingga 2017 mencapai 1,47 juta hektare per tahunnya. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan periode 2009 hingga 2013 yang hanya sebesar 1,1 juta hektare per tahun.
“Sejak beberapa dekade terakhir ini hutan alam di Indonesia mengalami deforestasi yang sangat serius dan menurun kondisinya baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya,” tulis FWI dalam Lembar Fakta berjudul 'Angka Deforestasi Sebagai Alarm Memburuknya Hutan Indonesia' yang diterbitkan pada Jumat, 11 Oktober 2019.
Meski demikian, angka ini telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2000 yang mencapai 2 juta hektare per tahun dan periode 2000 hingga 2009 yang mencapai 1,5 juta hektare. “Luas kerusakan hutan di Indonesia dalam setiap kurun waktu mengalami perubahan-perubahan yang dinamis,” tulis FWI.
Namun demikian, FWI semakin hari istilah deforestasi mulai kehilangan maknanya. Menurut FWI, angka deforestasi makin diabaikan nilainya sebagai suatu 'alarm' untuk keadaan hutan Indonesia. Deforestasi dinilai menjadi sesuatu hal yang biasa dan cenderung dipahami sebagai harga wajar yang harus dibayarkan untuk langkah maju pembangunan.
Sebelum FWI, organisasi kampanye global perlindungan lingkungan Mighty Earth juga membeberkan temuan hasil penelitian dalam isu deforestasi, khususnya yang dilakukan di Papua. Dalam temuannya, Mighty Earth menyebut lebih dari 59 ribu hektare lahan telah dibuka dari 2013 hingga Mei 2016. 30 ribu di antaranya dibuka oleh perusahaan dan merupakan bagian dari hutan primer.
Direktur Kampanye Mighty Earth dan FSC Expert Phil Aikman mengatakan masih ada sekitar 75 ribu hektare lain yang terancam akan dibuka. Sebagian juga merupakan hutan primer. “Mighty Earth dibantu oleh beberapa LSM di Papua untuk mencari tahu bukti-bukti yang ada di lapangan,” kata dia dalam konferensi pers di Hotel Akmani, Jakarta, Senin, 9 September 2019.