TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan harga minyak belakangan ini akibat serangan drone terhadap kilang minyak Saudi Aramco menjadi berkah bagi Harold Hamm. Pundi-pundi kekayaan taipan berusia 73 tahun yang mendirikan Continental Resources Inc. ini bertambah sebesar US$ 2 miliar per hari (setara dengan Rp 28,2 triliun dengan kurs Rp 14.100 per dolar AS).
Pasalnya, sejak perdagangan Senin lalu, harga saham perusahaan produksi dan eksplorasi minyak dan gas tersebut melonjak 22 persen. Angka ini merupakan kenaikan terbesar sejak 2016 lalu.
Lonjakan saham yang dibukukan pada Senin tersebut sekaligus memulihkan penurunan yang dialami perusahaan sepanjang tahun ini. Data Bloomberg mencatat hingga Jumat pekan lalu, saham Continental merosot 20 persen.
Adapun kenaikan kekayaan bersih Harold Hamm ini melampaui miliarder manapun yang masuk dalam daftar Bloomberg Billionaires Index. Adapun nilai kekayaan taipan itu kini mencapai US$ 11,6 miliar. Dia memiliki porsi kepemilikan sebesar 77 persen dalam perusahaan yang berbasis di Oklahoma City, Amerika Serikat (AS) itu.
Pada Sabtu pekan lalu, fasilitas minyak milik raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, terbakar setelah diserang drone. Serangan drone tersebut berdampak pada dua pabrik Aramco, yakni di Abqaiq dan Khurais.
Akibat serangan itu, Saudi Aramco kehilangan sekitar 5,7 juta barel per hari dari produksinya setelah 10 pesawat tak berawak (drone) menghantam fasilitas Abqaiq dan ladang minyak terbesar kedua kerajaan di Khurais.
Serangan terhadap jantung produksi minyak Arab Saudi itu serta merta mendongkrak harga minyak. Harga makin melejit ketika pejabat Aramco tidak optimistis bahwa akan ada pemulihan yang cepat dalam hal produksi.
Pada akhir perdagangan Senin lalu, harga minyak Brent untuk kontrak November 2019 ditutup melonjak 15 persen di level US$ 69,02 per barel di ICE Futures Europe. Harga minyak Brent di London bahkan sempat mencatat rekor lonjakan US$ 12 per barel pada awal perdagangan sebelum mengakhiri pergerakannya tepat di atas level US$ 69 dan membukukan kenaikan persentase harian terbesar sejak kontrak minyak ini mulai diperdagangkan pada tahun 1988.
Goldman Sachs Group bahkan memperkirakan harga minyak mentah acuan global ini dapat terus naik melampaui level US$ 75 per barel. Terlebih jika penghentian produksi minyak di Abqaiq bertahan hingga lebih dari enam pekan.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Oktober 2019 ikut berakhir melonjak 15 persen di level US$ 62,90 per barel, level penutupan tertinggi sejak 21 Mei. Baik volume perdagangan untuk Brent maupun WTI dilaporkan menyentuh rekor level tertingginya.
BISNIS