Dia menuturkan dalam jangka panjang pemerintah harus segera meningkatkan produksi dan lifting minyak, dengan mempercepat akuisisi blok-blok potensial baik di dalam maupun luar negeri. Sedangkan, untuk jangka menengah, pemerintah dapat mempertajam insentif fiskal dan non fiskal untuk Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) agar meningkatkan eksplorasi dan produksi minyaknya.
“Skema gross split harus dievaluasi karena kurang menarik bagi investor, dan terakhir mendorong enhanced oil recovery (EOR) untuk mengoptimalkan kemampuan lifting sumur-sumur lama,” ucap Bhima.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah turut memantau perkembangan fluktuasi harga minyak dunia beberapa hari terakhir. “Kami akan melihat seberapa cepat kemampuan mereka untuk recovery, apa kebutuhannya bisa disuplai dengan cadangan minyak mereka,” kata dia.
Hal itu perlu dipastikan, mengingat gangguan terhadap kilang minyak Aramco tersebut telah membuat dunia kehilangan pasokan sebanyak 5,7 juta barel per hari atau setara dengan 5 persen produksi minyak dunia. Sri Mulyani juga mengatakan akan terus memonitor perkembangan neraca perdagangan secara keseluruhan akibat kenaikan harga minyak mentah secara signifikan.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menuturkan lembaganya memperhitungkan potensi timbulnya deviasi dari perkiraan neraca dagang yang telah diproyeksikan pemerintah, dengan adanya peristiwa ini.
Namun, dengan adanya implementasi kebijakan B20, menurut Suahasil dampak dari peningkatan harga minyak tak akan terlampau signifikan. “Kami yakin 20 persen kita nggak perlu impor solar murni, tapi kemudian harga akan meningkat, jadi kami akan memperhatikan dampaknya terhadap defisit."
GHOIDA RAHMAH | MUHAMMAD HENDARTYO