TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengaku merasa tidak patut menerima penghargaan The AFEO Distinguished Honorary Patron Award. Penghargaan ini diberikan oleh organisasi insinyur dari 10 negara ASEAN yang tergabung dalam ASEAN Federation of Engineering Organisations (AFEO).
"Sebetulnya yang patut mendapat penghargaan ini bukan saya," kata Jokowi dalam peresmian pembukaan The 37th Conference ASEAN Federation of Engineering Organizations (CAFEO37) di JIEXPO, Jakarta, Rabu, 11 September 2019.
Jokowi mengatakan bahwa anugerah itu sebetulnya milik para insinyur Indonesia yang sudah tanpa lelah bekerja di lapangan, daerah terpencil, perbatasan, dan pedalaman untuk membangun negara Indonesia. Meski begitu, ia menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diterimanya.
Sebelumnya, Chairman AFEO yang juga menjabat Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Heru Dewanto menyerahkan penghargaan tertinggi organisasi insinyur se-ASEAN itu ke Jokowi. Jokowi disebut telah memberikan jasa dan kontribusi luar biasa terhadap profesi insinyur dan bidang keteknikan di negaranya. Adapun PM Malaysia Tun Dr. Mahathir Mohamad adalah penerima penghargaan yang sama di CAFEO36 yang digelar di Singapura tahun 2018 yang lalu.
Penghargaan ini, kata Heru, hanya diberikan kepada 1 orang penerima di setiap perhelatan Konferensi Organisasi Insinyur se-ASEAN yang diselenggarakan setahun sekali. Penerima adalah tingkat Kepala Negara dan/atau Kepala Pemerintahan sebuah negara seperti Raja, Presiden atau Perdana Menteri.
Heru menjelaskan, berkat disahkannya UU Keinsinyuran, kini PII sebagai organisasi profesi semakin kuat. Hal tersebut juga menjadi kontribusi luar biasa terhadap para insinyur Tanah Air yang bekerja nyata di balik setiap proyek infrastruktur.
"Dengan masifnya pembangunan di negeri ini juga membuat kami yakin Presiden Jokowi sangat layak mendapatkan apresiasi tertinggi ini,” kata Heru seperti dikutip dari siaran persnya, Senin, 9 September 2019.