TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengungkapkan bahwa investor Jepang telah ikut mengucurkan modal dalam proyek senilai US$ 4 miliar atau Rp 56 triliun di Morowali, Sulawaesi Tengah. Kucuran investasi itu untuk membangun pabrik baterai dan daur ulang baterai lithium.
Adapun, investor Jepang yang dimaksud tergabung dalam konsorsium China's Contemporary Amperex Technology Co Ltd (CATL). Investasi tersebut turut melibatkan LG, Panasonic, Volkswagen, dan Mercedes Benz.
"Di Morowali, investor datang dan kemarin sudah ditandatangani US$ 4 miliar untuk produksi baterai dan recycle lithium baterai," ujarnya saat ditemui di Balai Kartini, Rabu 4 September 2019.
Luhut mengungkapkan, setelah ada pabrik baterai, porsi 98 persen nikel yang sebelumnya diekspor ke Cina, saat ini sudah bisa untuk diolah di dalam negeri. Oleh karena itu,ia meyakini kebijakan pelarangan ekspor nikel ore dapat menarik produsen baterai untuk masuk Indonesia.
"Begitu kemarin nikel ore di-banned, mereka enggak bisa bikin di tempat lain, bikinnya di Indonesia. Lalu, Cobalt ini adalah material utama lithium baterai, sekarang lithium baterai itu sampai 80 persen ada di Indonesia. Jadi kita punya nikel. Dari mulai stainless steel, karton steel, kartoda, sampai lithium baterai," ujar Luhut.
Luhut menuturkan, sudah ada US$ 1 miliar yang direalisasikan untuk peletakan batu pertama. Kegiatan itu telah dilakukan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Pemerintah kini membuka pintu selebar-lebarnya bagi investor dari semua negara . "Ini bukan soal Cina-Cina lagi. Tapi semua investor punya kepentingan sama. Mencari efisiensi energi," ungkap Luhut.
Menurut Luhut, investasi untuk mengembangkan baterai listrik juga nantinya akan membantu perbaikan keadaan lingkungan menjadi lebih baik. Yakni, dengan banyaknya yang akan menggunakan mobil listrik.
EKO WAHYUDI