Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah berujar sebagai perbankan ujung tombak penyalur kredit properti, pekerjaan rumah BTN masih besar. Pasalnya, selain mencari keuntungan, BTN juga tak lepas dari sejumlah penugasan pemerintah. “Ruang gerak BTN terbatas, tidak seperti bank-bank lain, perubahan juga tidak bisa dilakukan dengan cepat,” ujar dia.
Bos baru BTN juga dihadapkan pada kondisi kinerja perseroan yang mengalami penurunan laba bersih di pertengahan tahun ini. BTN mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp 1,31 triliun atau turun 8,4 persen dari periode yang sama tahun lalu. “Ini menjadi tantangan juga bagi direksi yang baru, khususnya perihal tingkat keuntungan dan rasio kredit bermasalah (NPL),” kata Piter.
Di sisi lain, pasca kegaduhan yang sempat terjadi dalam pusaran pergantian direksi bos-bos bank pelat merah sepekan terakhir, Piter meminta Kementerian BUMN untuk melakukan evaluasi tata pengelolaan organisasi selama ini. “Bank-bank ini memang kepanjangan pemerintah, tapi jangan lupa bahwa mereka juga lembaga profesional yang perlu menghasilkan profit,” ujarnya.
Sehingga, dalam pemberian mandat pengurus bank BUMN ke depan, dapat lebih didasarkan pada sistem meritokrasi dan asas profesionalitas. “Dan para direksi ini harus diberikan sistem punishment dan reward yang jelas agar mereka bisa optimal memberikan kinerja yang terbaik, tidak hanya di zona nyaman dan menjadi safety player,” kata Piter.