TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR Bambang Soesatyo meminta pemerintah bersinergi menyiapkan strategi yang efektif untuk mengambil dampak multilateral perang dagang Amerika Serikat dan Cina.
"Sehingga, keterlibatan Indonesia dalam perekonomian global menjadi lebih besar," ujar Bambang dalam keterangan tertulis, Selasa, 27 Agustus 2019.
Di samping itu, kata Bambang, Kementerian Koordinator Perekonomian, Kementerian Perdagangan, dan Kementerian Keuangan mesti merumuskan kebijakan untuk mengantisipasi dampak negatif bagi Indonesia akibat rusaknya sistem dan mekanisme perdagangan global.
Sebab, ia melihat perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat bisa berkepanjangan dan menimbulkan ketidakpastian global serta berpotensi menimbulkan second round effect.
Di sisi lain, ia juga menyoroti melemahnya kinerja ekspor Tanah Air, khususnya minyak sawit dan potensi pasar Indonesia dikuasai oleh komoditas impor. Sehingga, bisa mengakibatkan defisit neraca perdagangan. Sehingga, Bambang mendorong Kemendag mengambil langkah antisipatif.
Dari sektor finansial, Bambang mengatakan Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia harus mengambil langkah kongkret untuk mengatasi penarikan kembali modal dari para investor sebagai akibat dari fluktuasi suku bunga bank sentral AS yang berdampak kepada nilai tukar rupiah.
"Kami juga mendorong Kemenko untuk menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar dalam merespon terjadinya fenomena perlambatan ekonomi untuk mencegah terjadinya resesi (penurunan) dan mendorong pertumbuhan ekonomi," tutur Bambang.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut pelemahan perekonomian global telah berdampak kepada pertumbuhan ekspor beberapa negara, termasuk Indonesia. Ia mengatakan hal itu tercermin pada nilai ekspor negara-negara yang berbasis ekspor seperti Singapura dan Jerman.
"Negara tetangga seperti Singapura sudah negatif. Begitu pula negara yang andalkan ekspor kaya Jerman juga masuk dalam zona negatif sebab global environment-nya memang sedang melemah," ujar Sri Mulyani di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin, 19 Agustus 2019.
Karena itu, dia mulai mewaspadai penurunan pertumbuhan perekonomian global terhadap nilai ekspor Tanah Air. Sebab, ekspor memang diharapkan menjadi salah satu penyumbang pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Apalagi ekspor tahun 2019 di dua kuartal tercatat negatif, berbeda dari proyeksi awal yang diharapkan tumbuh positif."
CAESAR AKBAR