TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia secara resmi melayangkan surat protes kepada Kementerian Haji Arab Saudi terkait banyaknya penjaja kartu perdana seluler atau kartu SIM yang mengganggu kelancaran arus jemaah di Bandara King Abdul Aziz Jeddah.
Kepala Daerah Kerja Bandara Jeddah-Madinah, Arsyad Hidayat, kepada Tim Media Center Haji di Jeddah mengatakan ada fenomena baru berkaitan dengan banyaknya penjaja kartu perdana seluler yang berkeliaran di area Bandara Jeddah.
“Saya lihat ada tiga provider. Ternyata mereka memiliki banyak penjaja. Dari jemaah sejak keluar bea cukai langsung menarik jamaah itu. Kami berkeberatan dengan fenomena tersebut. Kami menilai kondisi ini sangat mengganggu,” kata Arsyad, Rabu, 24 Juli 2019.
Merespon hal itu, pihaknya pun langsung berkomunikasi dengan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Arab Saudi. Selanjutnya, pihaknya sudah membuat surat protes kepada Kementerian Haji Arab Saudi terkait kondisi ini.
“Artinya yang dilakukan mereka sangat bertentangan dengan keinginan pemerintah Arab Saudi yang ingin mempercepat proses kedatangan. Dalam banyak hal mereka malah memperlambat proses keluarnya jemaah dari Bandara,” katanya.
Arsyad bahkan menyatakan beberapa kali sempat menegur langsung bahkan bersitegang dengan para penjaja yang mengganggu jemaah tersebut. “Berkali saya temui dan berkali saya sempat bersitegang dengan mereka. Karena mengganggu,” katanya.
Ia pun kemudian meminta petugas haji agar mengingatkan jamaah sebelum keluar dari area pemeriksaan untuk tidak menghiraukan penjaja kartu perdana seluler yang mengganggu.
“Walaupun gratis tapi itu mengganggu. Yang kami khawatirkan paspor jemaah bisa hilang atau hal lainnya seperti uang juga. Karena ada disimpan di tas paspor,” katanya.
Berdasarkan pengalaman yang terjadi, para penjaja kartu seluler atau kartu SIM tersebut menawarkan kartu perdana lokal secara gratis namun mereka akan meminta paspor jemaah untuk dicatat nomornya sebelum mengaktifkan dan memberikan kartu tersebut kepada jemaah.