TEMPO.CO, Jakarta -Walaupun perang dagang Amerika Serikat dengan Cina telah mulai mereda seusai Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 di Osaka, Jepang, perusahaan manufaktur di Negeri Tirai Bambu masih melakukan relokasi pabriknya ke negara lain. Sebanyak dua investor di industri mainan disebutkan siap membangun fasilitas di Indonesia.
BACA: 5 Agenda Seru di Jakarta, Diskon Mainan Hingga Pameran Seni Keren
Ketua Umum Asosiasi Mainan Indonesia atau AMI Sutjiadi Lukas mengatakan para investor tersebut ingin membuat pabrik perakitan baby stroller dan mainan kayu (wooden toys) di dalam negeri. Saat ini, para investor sedang mencari lokasi yang tepat.
“Mereka terbentur tarif 25% yang dikenakan untuk barang-barang Cina yang dikirim ke AS. Mereka sedang cari lahan, ada beberapa lokasi yang dilihat,” ujarnya ketika dihubungi, Minggu, 7 Juli 2019.
Nantinya, hasil produksi mainan tersebut direncanakan untuk pasar ekspor, terutama ke AS dan negara-negara kawasan Eropa. Selama ini, produk kedua pabrikan yang akan masuk tidak dipasarkan di pasar Indonesia.
Untuk pabrikan baby stroller bahkan berencana untuk memulai operasinya di Indonesia pada akhir tahun ini. Menurut Lukas, perusahaan ini memiliki pangsa pasar yang cukup besar di AS dengan mengirim sebanyak 60—70 kontainer, bahkan pernah mencapai 100 kontainer, per bulan.
Lebih jauh, para investor ingin mendirikan fasilitas di dalam kawasan berikat, mengingat keduanya berorientasi ekspor. Investor mainan kayu juga ingin lokasinya berdekatan dengan sumber bahan baku. Beberapa wilayah yang menjadi pilihan antara lain Jepara dan Kendal.“Hingga kini belum menemukan yang cocok harganya.”