Pada kampanye 28 Oktober 2018 lalu, Prabowo menuding utang pemerintah membuat negara berada di ambang garis risiko. “Bloomberg mengutip situasi ekonomi Indonesia risky, berbahaya. Paling berbahaya karena utangnya,” ucap dia.
Calon wakil presiden Sandiaga Uno juga kerap menggunakan narasi utang negara sebagai amunisi untuk kampanye. Sandiaga acap menyebut utang negara membuat beban rakyat yang semakin berat. Ia menyindir, utang untuk pembangunan infrastruktur yang gencar pada masa pemerintahan Joko Widodo atau Jokowi belum bisa mengelarkan urusan dapur rakyat. “Belum bisa menyelesaikan permasalahan dompet dan dapur," kata Sandiaga dalam sebuah kampanye di Yogyakarta pada 22 Maret lalu.
Baca: Bunga Utang Terus Meningkat, Pemerintah Diminta Waspada
Kementerian Keuangan pada Februari lalu merilis data kondisi fiskal tahun berjalan 2019 lewat APBN Kita. Dalam rilis tersebut tercatat bahwa posisi utang pemerintah pada Maet 2019 sebesar Rp 4.566,26 triliun. Jumlah tersebut setara 30,33 persen dari Produk Domestik Bruto atau PDB.
Kementerian menyebut rasio utang masih berada pada taraf yang aman mengingat besaran utang pemerintah yang ditetapkan dalam Undang Undang Keuangan Negara maksimum sebesar 60 persen dari PDB. Adapun, jika dibandingkan dengan Januari 2019, posisi utang tersebut tercatat meningkat dari sebelumnya sebesar Rp 4.498,65 triliun. Angka ini juga meningkat jika dibandingkan pada posisi Februari 2018 yang mencapai Rp 4.034,80 triliun.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | BUDIARTI UTAMI | MUH SYAIFULLAH | DIAS PRASONGKO | ANTARA