INFO BISNIS - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo mengatakan infrastruktur yang dibangun oleh dana desa berkontribusi membantu meningkatkan pendapatan petani Indonesia. Menurut dia, infrastruktur itu membantu peningkatan produktivitas dan mempermudah akses pertanian, yang berdampak pada penurunan biaya produksi hingga distribusi.
"Karena, kalau tidak ada infrastruktur, setiap hari petani akan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Dengan adanya infrastruktur, dapat menurunkan biaya sehingga petani bisa mendapat keuntungan lebih banyak," ujar Menteri Eko saat menjadi keynote speaker dalam konferensi regional dalam rangka memperkuat ketahanan pangan, gizi, dan kesejahteraan petani Asia Tenggara, Jakarta, Kamis, 4 April 2019.
Baca Juga:
Terkait dengan infrastruktur tersebut, Menteri Eko menuturkan Indonesia sejak 2015 mempunyai program yang memberikan dana langsung ke seluruh desa (dana desa). Menurut dia, saat pertama kali disalurkan, dana desa fokus pada pembangunan infrastruktur.
Tidak sedikit jenis infrastruktur dari dana desa yang membantu peningkatan produksi dan akses pertanian, seperti jalan desa, jembatan, jalan pertanian, saluran irigasi, embung, drainase, serta penahan tanah.
"Pertama, yang dibangun adalah untuk infrastruktur. Ada banyak infrastruktur yang dibangun untuk mendukung pertanian," ucapnya.
Baca Juga:
Di sisi lain, kata dia, Indonesia juga memiliki program produk unggulan kawasan perdesaan (Prukades) dengan membuat klaster-klaster ekonomi perdesaan. Prukades melibatkan 19 kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, BUMN, juga swasta.
"Desa miskin karena mereka banyak tidak fokus memproduksi banyak komoditas, sehingga tidak mencukupi skala ekonomi. Untuk mengatasinya, kami punya Prukades untuk membuat klaster ekonomi," katanya.
Menteri Eko mengatakan model pembangunan desa yang diterapkan Indonesia saat ini telah mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat desa, yakni dari Rp 572.586 pada 2013 menjadi Rp 804.011 pada 2018.
"Angka stunting juga mengalami penurunan signifikan, dari 37 persen pada 2013 menjadi 30 persen pada 2018," ujarnya. (*)