TEMPO.CO, Jakarta - Naiknya harga layanan kargo penerbangan dikeluhkan berbagai pengguna jasa. Ketua Kompartemen Kebandarudaraan Asosiasi Logistik & Forwarder Indonesia atau ALFI, Satrio Witjaksono mengatakan akibat kenaikan harga kargo ini mulai ada perusahaan yang mengurangi jumlah pekerjanya.
Baca juga: Bagasi Berbayar dan Kenaikan Harga Kargo Bisa Tekan Pariwisata
"Ada beberapa anggota kami yang sudah mulai mengurangi jumlah karyawan, hanya sebentar saya sudah engga kuat. Salah satunya ini terjadi di salah satu anggota yang ada di Sulawesi," kata Satrio ditemui usai mengikuti diskusi bertajuk Mengapa Bagasi Berbayar di Gado-Gado Boplo Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu 9 Februari 2019.
Sebelumnya, maskapai mengeluarkan kebijakan untuk menaikkan tarif kargo udara mulai pertengahan Januari lalu. Akibat keputusan ini, salah satu asosiasi pengiriman jasa, yakni Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia alias Asperindo mengancam melakukan boikot layanan kargo udara.
Menurut Asperindo, selama Januari 2019 saja, salah satu maskapai yang memiliki jara pengiriman barang melalui kargo udara telah menaikkan tarif dua kali. Sebelumnya, sepanjang tahun 2018 kenaikan kargo udara juga telah naik sebanyak empat kali. Sejak Juli 2018 hingga Januari 2019 rata-rata besaran kenaikan berada di sekitar 70 persen hingga 353 persen.
Satrio mengatakan, kebanyakan para pekerja atau karyawan yang dikurangi merupakan karyawan outsourcing. Tak hanya Sulawesi, kata dia, beberapa anggota cabang yang ada di Surabaya pun sudah mulai mengeluh akibat harga kargo udara yang menanjak.
Beberapa cabang bahkan ada yang ikut ditutup karena load atau volume pengiriman yang minimal. "Cabang-cabang ini mungkin perlu ditutup selain karena harga kargo juga mungkin karena loadnya tidak banyak juga," kata dia.