Saat ini, Nova memproduksi tiga jenis jamu, yaitu jamu houseblend (jamu botolan), jamu pesanan (Jamu Untukmu), dan kedai. Selain itu, dibuat juga edukasi membuat jamu melalui kelas-kelas khusus yang akan terus dikembangkan pada tahun ini. “Edukasi merupakan sebuah movement untuk mengajak orang minum jamu,” ucapnya.
Adapun menu jamu botolannya ada sembilan varian, yakni temulawak, rosella, alang-alang, beras kencur, kayu manis, wedang jahe, kunyit asem, sereh telang, dan asem jawa dengan ukuran botol 300 ml, setengah liter, dan 1 liter. “Jika ada yang mau berlangganan, bisa nanti tinggal menukar botolnya. Saya juga melayani pesanan khusus, di mana konsumen bisa customize ke kami, misal untuk asam urat atau memperlancar ASI,” katanya.
Tak hanya jamu, di kafenya pun disediakan makanan sehat tanpa menggunakan penyedap rasa atau MSG. Selain itu, kafenya juga bisa digunakan untuk berbagai acara anak muda seperti bedah buku, baca puisi, atau kumpul-kumpul anak muda sambil menikmati jamu. “Memang kami ingin mengarahkan jamu sebagai lifstyle dan kafe ini sebagai rumah atau venue,” ujarnya. Ia juga aktif mempromosikan kafe jamuya di medsos seperti Instagram, Facebook, Twitter, serta bekerja sama dengan platform-platform digital, dan bazar.
Saat ini gerai Cafe Suwe Ora Jamu ada di Jakarta, Surabaya, dan Bali. “Karena ingin produk kami fresh, ada dapur-dapur kecil yang tersebar di kota-kota yang ada pelanggan yang membeli produk kami,” ujarnya. Selain itu, produknya juga dijajakan di tempat-tempat budaya seperti Bentara Budaya, Salihara, dan Alun-Alun Grand Indonesia. “Saat ini, kami juga tengah menyiapkan konsep franchise-nya karena banyak permintaan dari luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara. Inginnya kami membuka outlet di seluruh Indonesia,” ungkap Nova.
Jumlah pengunjung Cafe Suwe Ora Jamu rata-rata 100 orang per hari. Jumlah jamu botol yang terjual rata-rata 10 ribu botol per bulan dengan omset Rp 1,5 juta per hari/Rp 40 juta per bulan, untuk warung dengan produk yang take away seperti jamu botolan atau jamu pesanan. Omset kafenya sekitar Rp 3 juta per hari/Rp 90 juta per bulan. “Pertumbuhan bisnisnya 20% per tahun,” tambahnya.
Isna, pengunjung Kafe Suwe Ora Jamu, berkomentar bahwa kafe milik Nova tersebut unik sekali dari segi menu yang disajikan. Misalnya, berbagai varian jamu dan menu berangkat dari inovasi, seperti kunyit latte yang menurutnya unik. “Tidak pernah terbayang sebelumnya kunyit bisa digabung dengan latte. Selain itu, dari makanannya juga seru, makanan Indonesia seperti bubur kacang hijau dan soto,” katanya. Suasana kafenya pun tenang sekali dan instagramable. “Konsepnya vintage sekali dan banyak spot unik yang bisa jadi tempat foto dan dimasukin ke Instagram,” cetus Isna
Ke depan, Nova optimistis bisnis jamunya akan semakin berkembang. Hal ini sejalan dengan semakin gencarnya pola hidup sehat di masyarakat, serta banyaknya kegiatan pemerintah seperti seminar dan co-branding dengan mengundang pengusaha-pengusaha resto dari luar negeri. Ia juga optimistis bisa membawa jamu ke tingkat internasional