Lebih jauh Fahri Hamzah menjelaskan, waktu dan sejarah mengajarkan bahwa imperium, kerajaan dan negara datang silih berganti, bangkit dan tumbang oleh waktu. Salah satu sebabnya, adalah soal ketimpangan ekonomi yang makin besar.
Oleh karena itu, Fahri Hamzah menyebutkan, ketika Prabowo mengatakan perekonomian nasional dikuasai segelitir elit, hal tersebut sangat masuk akal. "Dan gejala ini bukan hanya terjadi di Indonesia, ini sudah menjadi isu dan permasalahan global. Sudah banyak elit dan para intelektual bicara tentang ini."
Selain menyebut soal negara Indonesia bisa punah jika pihaknya kalah dalam pemilihan presiden di 2019, pidato Prabowo yang berkembang viral sejak kemarin itu juga mempersoalkan tentang angka pendapatan per kapita. Mengutip dari para ahli ekonomi, Prabowo menyebutkan, pendapatan per kapita saat ini sebesar US$ 4.000 per tahun.
"Tapi dari 4.000 itu, sekitar 49 persen, setengahnya dikuasai oleh satu persen rakyat kita," ujar Prabowo saat Konferensi Nasional Partai Gerindra di Sentul, Senin, 17 Desember 2018. "Jadi kalau kita cabut yang satu persen, kekayaan penghasilan kita setahun tinggal setengahnya yaitu 1.900. Itu kata penasehat saya Pak Fuad Bawazier."
Presidential hopeful Prabowo Subianto delivers a speech to Prabowo-Sandi volunteers at Istora Senayan, Jakarta, November 22, 2018. TEMPO/M Taufan Rengganis
Jadi menurut dia, penghasilan per kapita saat ini hanya separuh dari US$ 3.800 yakni kurang lebih US$ 1.900. "Artinya dibagi rata. Tapi 1.900 dipotong lagi utang. Iya, kita semua punya utang," ucap Prabowo.
Prabowo lantas mencontohkan utang negara itu harus ditanggung oleh setiap warga. "Bahkan anakmu baru lahir, punya utang. Utangnya kurang lebih, US$ 600. Jadi iya, utang kamu itu US$ 600, sekitar Rp 9 juta," katanya. "Anakmu baru lahir, utang sudah 9 juta. Jadi kekayaan kita sebenarnya hanya 1.300 dolar per kapita."
Badan Pusat Statistik atau BPS pada awal Februari 2018 lalu mengumumkan kinerja perekonomian Indonesia tahun 2017. Saat itu disebutkan berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13.588,8 triliun dan PDB perkapita mencapai Rp 51,89 juta atau US$ 3.876,8.
Baca: Sandiaga Uno dan Gerindra Buka Suara Soal Iklan yang Tuai Kritik
BPS menyebut perekonomian Indonesia tahun 2017 itu tumbuh 5,07 persen lebih tinggi dibanding capaian tahun 2016 sebesar 5,03 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81 persen. Sementara dari sisi pengeluaran pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Ekspor Barang dan Jasa sebesar 9,09 persen.
Simak berita lainnya terkait Prabowo hanya di Tempo.co.
BUDIARTI UTAMI PUTRI