TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan keputusan Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan menjadi 6,00 basis poin, tepat.
Simak: Rupiah Diprediksi Menguat ke Rp 14.590 Usai Kenaikan Suku Bunga
"Jadi kenaikan suku bunga ini saya rasa tepat, karena memang perlu untuk front loading dan perlu lakukan antisipasi," kata Kartika saat ditemui di Graha Niaga, Jakarta, Jumat, 16 November 2018.
Kartika mengatakan The Fed mungkin menaikkan dua sampai tiga kali suku bunga acuan. Karena itu memang BI dan pemerintah harus mangelola defisit transaksi berjalan (CAD). Hal tersebut, kata dia bertujuan agar akhir tahun bisa turun di bawah 3 persen atau mendekati tiga persen.
"Jadi saya rasa peningkatan suku bunga ini diperlukan untuk menjaga portofolio inflow yang saat ini mulai baik di bond dan equity terus terjadi," kata Kartika.
Menurut Kartika, nantinya penguatan rupiah bisa terus berlanjut sampai tahun depan.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 November 2018 memutuskan untuk menaikkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin menjadi 6,00 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,75 persen.
"Keputusan tersebut sebagai langkah lanjutan Bank Indonesia untuk memperkuat upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Jumat, 16 November 2018.
Perry mengatakan kenaikan suku bunga kebijakan tersebut juga untuk memperkuat daya tarik aset keuangan domestik dengan mengantisipasi kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan. Kartika mengatakan Bank Mandiri akan penyesuaian ke kredit secara signifikan pada Januari 2019.
"Jadi kami akan melihat kemampuan bayar nasabah, maupun kemampuan pertumbuhan kredit juga ya karena kami pengen lihat kalau kami naikan sekian basis poin impact-nya ke pertumbuhan dan ke kemampuan bayar seperti apa, per segmen juga beda-beda," kata Kartika.