TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina (Persero) sampai saat ini belum mendapat respons dari mitranya, Saudi Aramco, untuk merevitalisasi kilang Cilacap di Jawa Tengah. Jika surat tak kunjung dibalas, menurut Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Gigih Prakoso, perusahaan akan melanjutkan proyek sendirian.
Simak: Pertamina Terancam Bangkrut
"Kami sedang menunggu. Kalau tak ada respons, kami akan jalan sendiri," ujar Gigih kepada Tempo, Kamis, 26 Juli 2018.
Sejak awal tahun lalu, Aramco meminta kemudahan investasi sebagai syarat kelanjutan kongsinya dengan perusahaan minyak dan gas bumi pelat merah ini. Menurut Gigih, syarat tersebut adalah insentif berupa fasilitas libur pajak (tax holiday), kepastian lahan, dan penyerahan aset kilang Cilacap dari Pertamina ke anak perusahaan.
Lahan adalah syarat yang paling mudah dipenuhi Pertamina. Sebab, revitalisasi berlokasi di kilang Cilacap, yang saat ini menjadi aset perusahaan. Pertamina hanya perlu menambah lahan sekitar 58,5 hektare, sebagian besar memakan area kawasan industri Cilacap.
Sedangkan fasilitas libur pajak berpeluang diperoleh pengembang melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.010/2018 yang dirilis akhir Maret lalu. Terakhir, penyerahan aset melalui skema spin off sudah disetujui Kementerian Badan Usaha Milik Negara dalam izin prinsip yang terbit akhir Juni lalu.
"Mereka sudah kami kasih datanya," ujar Gigih.
Bukan sekali ini Aramco mengulur waktu. Perusahaan juga sempat membuat Pertamina panas dingin lantaran tak segera menjawab komitmen pembentukan perusahaan patungan pada 2016. Kedua pihak sampai memperpanjang jangka waktu dari nota kesepahaman pengembangan kilang selama dua bulan. Aramco baru mengiyakan permintaan Pertamina pada Desember 2016.
Gigih mengatakan Pertamina ngebet menanti jawaban Aramco cepat lantaran perusahaan harus mengejar target untuk menyusun dokumen front end engineering design (FEED). Harapannya, dokumen itu bisa rampung pada tahun depan, yang dilanjutkan dengan tahap konstruksi. Proyek ditargetkan rampung pada 2023.
Pertamina merencanakan peningkatan kapasitas kilang Cilacap dari 348 ke 400 ribu barel minyak mentah per hari. Tingkat kompleksitas kilang juga bertambah, sehingga Pertamina bisa menambah kapasitas produk petrokimianya. Nilai investasi proyek diperkirakan sebesar US$ 5,5-6 miliar.
Dalam proyek ini, Pertamina hanya menyetor modal sebesar 55 persen. Berdasarkan catatan Tempo, aset kilang yang ada bernilai 40 persen dari total kebutuhan setoran. Kekurangannya akan ditutupi Pertamina dari pinjaman luar negeri.
Direktur Keuangan Pertamina Arief Budiman mengklaim keuangan perusahaannya masih sehat untuk menggarap beberapa proyek sendirian. Namun korporasi masih memprioritaskan skema kerja sama dengan mitra. "Proyek kilang besar, makanya butuh partner," katanya.
Simak: Menteri BUMN: Tidak Ada Penjualan Aset Pertamina
Direktur Program Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas Rainer Haryanto berjanji bakal membantu pemecahan persoalan kilang Cilacap. Tujuannya supaya konstruksi proyek bisa segera dimulai. "Prosesnya masih berjalan," ucapnya.