TEMPO.CO, Jakarta - Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak tertarik terlibat dalam pembiayaan akuisisi PT Freeport Indonesia. Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pembiayaan menggunakan mata uang asing menjadi tantangan bagi perbankan nasional. "Kami kasih kesempatan ke bank asing," kata dia di Jakarta, Kamis, 19 Juli 2019.
BACA: Tiga Bank BUMN Danai Akuisisi Saham Freeport oleh Inalum
Kartika menilai pembiayaan menggunakan mata uang asing tidak mudah di tengah pasar yang masih volatile atau belum stabil. Menurut dia, perbankan nasional memilih untuk membiayai kebutuhan kredit dalam negeri bila dibandingkan dengan proyek yang melibatkan mata uang asing. "Kalau pakai sumber pembiayaan dalam negeri bisa mengganggu kebutuhan dalam negeri," ucapnya.
Selain itu, dalam laporan kinerja keuangan semester I 2018, tercatat loan to deposit ratio (LDR) atau likuiditas valuta asing Bank Mandiri meningkat. Pada semester I 2018 LDR Mandiri sebesar 89,40 persen menjadi 94,57 persen di semester I 2018. Dengan mengetatnya LDR, ruang perusahaan untuk memberikan pembiayaan, khususnya valas menjadi kecil. "Kami kalau harus mendanai dalam valas menjadi challenging," kata Kartika.
Kendati demikian, Kartika tak memungkiri bila ada pembahasan pembiayaan untuk Inalum. Namun pembahasan itu belum sampai ke tingkat penawaran.
Senada dengan Mandiri, Bank Negara Indonesia pun tidak tertarik membantu pembiayaan akuisisi Freeport. Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia Achmad Baiquni mengatakan tidak akan menyalurkan pinjaman ke PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum (Persero).
Ia beralasan perusahaan tidak bisa bersaing dengan bunga yang ditawarkan oleh bank asing yang lebih rendah. "Kami meyakini bersaing di suku bunganya itu berat," kata Baiquni di Jakarta, Rabu kemarin.
Semula, BNI berencana ingin ikut serta dalam memberi pinjaman. Namun banyaknya perbankan yang terlibat membuat perusahaan mengurungkan niatnya. Menurut Baiquni, bank asing bisa menawarkan skema pinjaman dan bunga yang lebih menarik. Di sisi lain, kata dia, BNI tidak wajib ikut serta memberikan pinjaman ke Inalum.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno menyatakan tiga bank BUMN akan ikut serta memberi sindikasi pinjaman kepada PT Indonesia Asahan Aluminium atau Inalum (Persero) untuk mengakuisisi Freeport. Ketiga bank itu ialah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Perbankan swasta dan asing pun disebutkan akan memberikan pinjaman.
Harry menilai dana pinjaman dari perbankan BUMN tidak akan mengganggu neraca keuangan perusahaan. Sebab, pinjaman dan penghasilan sama-sama menggunakan mata uang dolar. "Tidak ada masalah (neraca pembayaran). Penghasilan dolar, pinjaman dolar," kata dia.
Inalum dan PT Freeport Indonesia telah menjalin kesepakatan melalui head of agreement pekan lalu. Dalam kesepakatan itu disebutkan Freeport McMoran sepakat melepas 51 persen saham anak usahanya kepada Inalum. Total nilai transaksi untuk mengakuisisi Freeport mencapai US$ 3,85 miliar. Nantinya Inalum akan membeli 40 persen hak partisipasi Rio Tinto di Freeport Indonesia.
BACA: Freeport Bungkam Soal Kejelasan Nasib Karyawan 'Furlough'
Sedangkan Bank Rakyat Indonesia belum bisa menanggapi ihwal pendanaan kepada Inalum. Sekretaris Perusahaan BRI Bambang Tri Baroto mengatakan wacana tersebut perlu dibahas mendalam oleh para direksi. "Kami belum bisa berkomentar dulu," kata dia.
ADITYA BUDIMAN | GHOIDA RAHMAH