TEMPO.CO, Jakarta – Financial Trainer CEO QM Financial Ligwina Hananto dan dosen ekonomi Universitas Multimedia Nusantara Eko Indarto berbagi tips menyusun keuangan pasca Lebaran dan menjelang tahun ajaran baru yang bakal menyedot dana.
“Banyaknya pengeluaran di masa Lebaran seharusnya sudah dianggarkan setiap tahun terpisah dari anggaran bulanan. Namun demikian, tetap saja sering terjadi keuangan seseorang babak belur setelah Lebaran,” kata Financial Trainer CEO QM Financial Ligwina Hananto, ketika dihubungi Tempo, Senin 2 Juli 2018.
Baca juga: 5 Jurus Sukses Mengatur Keuangan, Jangan Boros
Menurut Ligwina, sebaiknya masyarakat mulai melakukan financial checkup, perhitungan seperti audit kecil tentang pengeluaran. Pengeluaran dikelompokkan menjadi lima kategori; cicilan, rutin, sosial, menabung, dan gaya hidup.
Sedangkan, menurut Eko Indarto, dosen ekonomi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), pembagian pengeluaran sebaiknya diklasifikasi dalam empat pembagian besar. “Pertama, cicilan utang sebesar 30 persen dari penghasilan, 10 persen untuk investasi, 10 persen untuk proteksi atau asuransi, dan sisanya untuk kebutuhan lainnya,” kata Eko.
Mengingat saat ini menjelang awal tahun ajaran baru bagi sejumlah sekolah, alokasi keuangan untuk kebutuhan sekolah anak dapat menjadi persoalan bagi sejumlah ibu rumah tangga. Namun menurut Eko, kebutuhan sekolah tersebut sudah seharusnya direncanakan sejak lama dan tidak mengganggu keempat pos pembagian besar. Kebutuhan pendidikan tersebut separah-parahnya masuk dalam bagian keempat, kebutuhan lainnya.
Sedangkan menurut Ligwina, kebutuhan pendidikan sekolah anak sebaiknya disusun sejak anak masih bayi. Solusi yang dapat diambil adalah selalu menyimpan produk rendah risiko dan likuid seperti deposito.
Bagi mereka yang belum berkeluarga, Eko menyarankan agar persentase utang dapat ditukar porsinya dengan investasi. Jadi, 10 persen untuk utang, dan 30 persen untuk investasi. Hal ini menurutnya sangat bermanfaat bagi mereka untuk mementingkan investasi dan menekan utang serendah mungkin. Mengurangi intensitas ke kafe juga dapat bermanfaat besar, katanya.
Menurut Ligwina, usia yang paling menantang dalam hal alokasi keuangan umumnya pada kelompok usia di bawah 30 tahun. Pengeluaran mereka umumnya menitikberatkan pada gaya hidup dan liburan. Memamerkan hidup melalui postingan liburan di media sosial tidak masalah. Namun, hal tersebut harus diselaraskan dengan kondisi keuangan.
Ligwina juga mendorong kaum muda untuk berinvestasi sesuai dengan produk yang diizinkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sehingga dapat terlindungi payung hukum.
Ligwina juga membagi tips agar kaum muda mengenal 2 tahap investasi yang harus diperhatikan. Tahap pertama adalah akumulasi, mengumpulkan dana sedikit demi sedikit hingga mencapai nilai yang dibutuhkan lalu dicairkan. Tahap kedua adalah aset aktif, imbal rutin hasil dari produk yang kita gunakan, seolah-olah mendapat gaji dari produk tersebut.
AUDREY ANGELICA LOHO (MAGANG)