TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi mengalami penguatan pada pekan ini. Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memperkirakan IHSG bergerak secara variatif dengan kecenderungan menguat. "Pergerakannya di 5.850 hingga 6.085 poin," kata Aji melalui pesan singkat, Ahad, 27 Mei 2018.
Ia menuturkan ada sejumlah sentimen positif yang akan mendorong kinerja IHSG kembali ke posisi 6.000. Menurut dia, secara global penguatan harga komoditas dunia memberikan katalis positif bagi pergerakan IHSG. Selain itu mulai meredanya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina menjadi alasan penguatan lainnya. "Ini diapresiasi pelaku pasar global," kata Aji.
Simak: Sentimen Global Dorong Naik IHSG
Laju IHSG selama pekan lalu menunjukkan tren positif. Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan ada penguatan IHSG sebesar 3,33 persen ke posisi 5975,74 poin dari 5783,31 poin pada akhir pekan sebelumnya. Kenaikan itu berdampak kepada nilai kapitalisasi pasar BEI yang meningkat 3,39 persen menjadi Rp 6.685,13 triliun dari Rp 6.466,18 triliun di pekan sebelumnya.
Rata-rata frekuensi transaksi harian saham BEI selama pekan lalu naik 2,8 persen, yaitu menjadi 408,38 ribu kali transaksi dari 397,24 ribu kali transaksi di pekan sebelumnya. Investor asing mulai melakukan aksi beli bersih sebesar Rp 867 miliar sepanjang pekan lalu walau secara tahunan investor asing masih mencatatkan jual bersih senilai Rp 40,16 triliun.
Aji menambahkan sentimen domestik ikut membantu penguatan indeks gabungan di akhir pekan lalu. Salah satu yang menjadi sorotan ialah dilantiknya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pada Jumat lalu. Pasar, lanjutnya, menyambut positif rencana yang akan dilakukan Perry di sektor moneter, khususnya upaya untuk stabilisasi nilai tukar rupiah yang saat ini terus mengalami tekanan. "Perry diharap mampu menjalankan kebijakan moneter yang berorientasi pro growth dan pro stabilitas," kata dia.
Menguatnya IHSG ikut mengerek pergerakan tiga indeks saham baru, yakni IDX High Dividend 20, IDX BUMN20, dan Jakarta Islamic Index 70 (JII70). Indeks yang baru diluncurkan dua pekan itu kompak naik di akhir pekan lalu.
IDX High Dividend 20 tercatat ditutup pada posisi 499,158 poin, sementara pada pembukaan perdana indeks ada di 480 poin. Lalu IDX BUMN20 menguat ke level 380,609 poin setelah di pembukaan perdana berada di 365,123 poin. Sedangkan JII70 menguat ke 227,279 poin, pada perdagangan perdana indeks mencapai 220 poin.
Aji menyatakan menguatnya tiga indeks baru karena asing mulai melakukan aksi beli. Tercatat asing mencatatkan nett buy sebesar Rp 558,78 miliar dari sebelumnya nett sell sebesar Rp 353,95 miliar. "Aksi beli asing ini biasanya akan diikuti oleh investor domestik," kata dia.
Lebih lanjut, bulan Ramadan menjadi sentimen positif lainnya terhadap kinerja tiga indeks baru, khususnya Jakarta Islamic Index 70. Aji menyatakan pergerakan JII70 ditopang oleh emiten di sektor consumer goods, yakni hampir 29 persen. Sektor itu, berkinerja cukup positif dengan adanya momen Ramadan.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio sebelumnya menyatakan kehadiran tiga indeks baru tersebut bisa menjadi alternatif bagi investor. Menurut dia, indeks dividen, BUMN, dan JII70 akan menjadi acuan bagi investor yang membutuhkan pilihan saham lebih baik. "Harapannya ini bisa menambah investor baru di pasar modal," ucap dia.
Meski demikian, hal utama yang akan menjadi perhatian utama para pelaku pasar modal ialah kondisi fundamental makro ekonomi Indonesia. Tito berharap dengan terpilihnya Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pasar dan IHSG bisa kembali kondusif setelah rupiah mengalami volatilitas. "Otoritas moneter harus menunjukkan wibawa ke publik nilai tukar rupiah kuat," kata dia.