TEMPO.CO, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menyatakan akan menahan agar tingkat suku bunga kredit tidak ikut meningkat kendati Bank Indonesia (BI) berencana menaikkan suku bunga acuan.
Direktur Utama BRI Suprajarto menuturkan rencana BI menaikkan suku bunga acuan sudah tepat apabila melihat faktor tekanan global. Dia memprediksi kenaikan tersebut akan berkisar 25 basis poin menjadi 4,50 persen dari saat ini 4,25 persen.
“(Kalau suku bunga kredit BRI) saya akan berusaha untuk tidak naik, ada berbagai macam cara yang bisa kami lakukan. Yang pasti, kami sudah punya pipeline sehingga tidak menimbulkan NPL (non performing loan) tinggi karena sebetulnya suku bunga naik kalau NPL tinggi,” ujarnya saat ditemui usai Annual Bankers Gathering di Jakarta, Selasa, 15 Mei 2018.
Selain lebih menggenjot penyaluran kredit, strategi lain yang dilakukan BRI untuk menahan kenaikan suku bunga kredit adalah dengan meningkatkan efisiensi, baik di sisi pengelolaan likuiditas maupun efisiensi operasional.
Selain itu, menurut Suprajarto, segmentasi bisnis bank wong cilik tersebut masih mayoritas di bidang usaha mikro, kecil, dan menengah, yang dinilai relatif tidak terpengaruh oleh kurs atau nilai tukar.
Adapun untuk kredit usaha rakyat yang eksposurnya cukup besar, di BRI saat ini bunganya justru turun. Adanya subsidi pemerintah membuat bunga kredit usaha rakyat terpangkas dari 9 persen pada 2017 menjadi 7 persen mulai awal 2018.
Upaya-upaya tersebut akan dilakukan perseroan untuk menutupi potensi risiko kenaikan biaya dana. Pasalnya, kenaikan suku bunga acuan akan diikuti dengan kenaikan suku bunga dana. “Kalau kredit UKM kami masih relatif bisa tahan (untuk tidak naik), tapi kalau suku bunga simpanan, ya, pasti otomatis (ikut naik jika suku bunga acuan naik),” ucap Suprajarto.