TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri serta CEO Go-Jek Nadiem Makarim mengatakan butuh orang yang cukup "gila" untuk menjadi sukses mendirikan startup saat ini. Nadim berujar gila itu dibutuhkan untuk menghadapi kenyataan bahwa peluang sukses sangat kecil.
"Secara statistik, 92-95 persen startup akan gagal. Kita genapkan ajalah 90 persen," katanya di Stikom The London School of Public Relations, Jakarta Pusat, Selasa, 15 Mei 2018.
Baca juga: Kunci Menjadi Startup Unicorn Menurut CEO Gojek Nadiem Makarim
Center for Human Genetic Research (CHGR) mencatat startup di Indonesia pada 2016 lebih-kurang berjumlah 2.000. CHGR memprediksi angka tersebut naik 6,5 kali lipat pada 2020.
Situs pemeringkat startup menyebutkan startup di Indonesia pada 2018 berjumlah 1.807. Indonesia menempati peringkat keenam sebagai negara dengan startup terbanyak di dunia sekaligus pemuncak di level Asia Tenggara.
Nadiem mengaku tiga kali gagal sebelum mendirikan Go-Jek. Bagi Nadiem, orang-orang yang gagal tapi tetap berusaha merupakan calon founder yang sukses.
"Saya sendiri tidak pernah belajar lebih dari kesuksesan, selalu lebih banyak dari kegagalan," kata lulusan Harvard Business School itu.
Walau persaingan tinggi, Nadiem tidak menampik bahwa peluang startup digital sama besarnya. Dalam 5-10 tahun ke depan, arus modal untuk startup digital akan sangat besar.
Desember 2017, Google dan Temasek merilis hasil riset mengenai investasi usaha startup digital di Asia Tenggara. Hasilnya, investasi yang masuk ke startup digital Asia Tenggara mencapai US$ 12 miliar (sekitar Rp 16,3 triliun) sepanjang 2016 hingga kuartal III 2017. Dari total dana tersebut, 34 persen atau US$ 4,08 miliar (sekitar Rp 55 triliun) masuk ke Indonesia.
Menurut Nadiem Makarim, bisnis digital yang banyak dihuni startup bakal menjadi salah satu penopang utama ekonomi Indonesia.