TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Nanang Hendarsah menjamin dana milik investor asing jangka pendek yang keluar saat ini takkan menggoyang pasar obligasi. BI percaya diri jika iklim investasi di Indonesia masih menarik, dan bisa mengendalikan stabilitas dengan keluar masuknya dana asing di pasar obligasi.
"BI sudah terbiasa dengan dana asing yang keluar masuk ini. Lagipula, yang keluar ini adalah jangka pendek, bukan long term. Jadi tak begitu mengkhawatirkan," ujar Nanang si kantornya pada Jumat, 4 Mei 2018.
Baca: Revisi Aturan Uang Elektronik Akan Diterbitkan Bulan Ini
Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan sepanjang April lalu, jumlah dana asing di Surat Berharga Negara atau SBN telah berkurang sebesar Rp 10,31 triliun menjadi Rp 848,48 triliun per 26 April 2018. Namun, secara year to date, asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp 16,61 triliun.
Menurut Nanang, dana asing jangka pendek memang berpatokan pada pergerakan currency, berbeda dengan dana asing long term yang lebih melihat konsistensi dan stabilitas perekonomian. "Saat ini, ada dana asing di SBN yang jumlahnya besar dan itu view-nya fundamental. Datanya tentu tidak bisa di-publish," ujarnya.
Selain itu, ujarnya yield obligasi pemerintah Indonesia dengan tenor 10 tahun juga masih berada di angka 6,9 persen. Turun dari angka sebelumnya di level 7 persen. "Jadi, yang harus dilakukan adalah membuat investor tetap stay dengan kebijakan moneter dan fiskal yang kredibel," ujarnya.
Dengan defisit anggaran di bawah 3 persen, inflasi di bawah 3,5 persen dan rating perekonomian Indonesia yang membaik, BI menjamin bisa menahan gejolak pasar global. "BI akan terus menjaga stabilitas kurs dan berada di pasar secara terukur sesuai suplai demand valas untuk menjaga kepercayaan pasar," ujarnya.