TEMPO.CO, Mataram - Selama triwulan III-2017, Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami pertumbuhan ekonomi tumbuh sebesar 13,60 persen. Ini jika dibanding triwulan II 2017 (q-to-q), dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada Industri Pengolahan sebesar 73,12 persen.
Sementara dari sisi pengeluaran berada pada komponen Ekspor Luar Negeri yang meningkat sebesar 68,88 persen. Jika dibanding periode yang sama tahun 2016 (yoy) tumbuh 4,09 persen, dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum yang tumbuh 10,99 persen.
Dari sisi Pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) tumbuh 7,31 persen.
Sebaliknya secara kumulatif sampai dengan triwulan III-2017 dibanding periode yang sama tahun 2016 (c-to-c) masih mengalami kontraksi hingga minus 0,43 persen, disebabkan oleh menurunnya nilai tambah bruto pada lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian mencapai minus 17,01 persen.
''Sehingga menyebabkan kontraksi pada komponen Ekspor Luar Negeri sebesar minus 21,54 persen,'' kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Endang Tri Wahyuningsih, Senin 6 November 2017.
Simak: Tingkat Kemiskinan di NTB Masih Cukup Tinggi
Menurut dia perekonomian Provinsi NTB berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku triwulan III-2017 mencapai Rp 34,89 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 26,24 triliun.
Jika pertumbuhan ekonomi NTB triwulan III 20-17 dipilah tanpa tambang bijih logam, secara yoy tumbuh 6,03 persen, secara q to q tumbuh 5,62 persen dan secara c to c tumbuh 5,56 persen.
BPS NTB juga memaparkan indeks tendensi konsumen (ITK) periode sama triwulan III-2017.
ITK yang merupakan indeks komposit persepsi rumah tangga mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsinya berkaitan dengan situasi perekonomian pada triwulan berjalan, sebesar 106,27 yang artinya kondisi ekonomi konsumen meningkat dibanding triwulan sebelumnya.
Endang mengemukakan bahwa menyikapi kondisi ekonomi konsumen pada triwulan IV-2017 mendatang, konsumen menahan konsumsinya untuk pembelian barang tahan lama walaupun dengan tingkat pendapatan yang membaik.
Tentang ketenagakerjaan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2017 sebesar 3,32 persen. Ada 79.449 orang penduduk yang menganggur. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2017 sebanyak 2.396.169 orang. Penduduk bekerja di NTB pada Agustus 2016 sebanyak 2.316.720 orang.
Sebesar 73,62 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal, dan persentase pekerja informal naik 0,51 persen poin. Selama setahun terakhir, sektor-sektor yang mengalami peningkatan persentase penduduk yang bekerja adalah Sektor Industri (2,91 persen poin), Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi (2,84 persen poin), dan Sektor Konstruksi (0,90 persen poin).
BPS Nusa Tenggara Barat mencatat 36,93 persen penduduk bekerja tidak penuh (jam kerja kurang dari 35 jam seminggu) mencakup 17,27 persen setengah penganggur dan 19,66 persen pekerja paruh waktu.
SUPRIYANTHO KHAFID