TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Kwik Kian Gie memuji Mantan Gubernur Bank Indonesia periode 1983-1988 Arifin Siregar selama menjadi pejabat pemerintah. Arifin Siregar akhirnya meluncurkan buku autobiografi dirinya. Buku itu menceritakan kehidupannya sejak masa kanak-kanak hingga masa kekinian. "Pada awalnya tidak terlintas di benak saya untuk menulis autobiografi," ujar pria 83 tahun itu pada peluncuran buku-nya yang dia kasih judul "Aneka Zaman Dalam Renungan" di The Energy Building, Sabtu, 4 November 2017.
Simak: Kwik Minta Maaf pada Dirjen Pajak
Dia mengaku sudah memegang sikap itu cukup lama. Namun, desakan yang masuk untuk menulis memoar itu kian kencang. Permintaan itu muncul dari berbagai penjuru, mulai dari teman-teman dekat, sanak saudara, hingga sang istri yang telah 53 tahun dinikahinya. "Sehingga saya merasa penulisan itu amat diharapkan oleh mereka."
Menjelang pembukaan acara, satu per satu sahabat Arifin berdatangan, mayoritas dari kalangan ekonom, maupun pejabat negara Indonesia, mulai dari Emil Salim, Kwik Kian Gie, Rachmat Saleh, Agus Martowardojo, Arifin Panigoro, B.J. Habibie, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Perdagangan Enggartiaso Lukita.
Mereka kompak mengatakan buku autobiografi layak dijadikan koleksi masyarakat Indonesia. Pasalnya, menurut mereka, Arifin dinilai sebagai sosok yang cocok menjadi panutan. Misalnya, menurut mantan Menteri Perekonomian Kwik Kian Gie, Arifin merupakan tokoh yang komplet. Sebagai kawan yang saling mengenal sejak berkuliah di Rotterdam, Belanda, menurut Kwik, Arifin bukan hanya seorang akademikus, melainkan juga seorang intelektual.
"Dia membaca banyak buku, bukan hanya ekonomi, namun juga sejarah dan filsafat, dan mengusai banyak bahasa mulai dari bahasa Belanda, Inggris, Jerman, dan Perancis," ujarnya. Kwik juga memuji mantan Duta Besar Amerika itu yang tak hanya lihai dalam ekonomi moneter, namun juga ekonomi perusahaan dan hubungan lintas negara.
"Banyak pejabat tinggi yang langsung jadi komisaris tinggi BUMN, tapi Arifin malah menjadi komisaris perusahaan swasta besar baik domestik maupun internasional." ujarnya. Dia lantas mengenang saat dirinya sempat bekerja sebagai buruh kapal pesiar rute Rotterdam-New York-Rotterdam, sementara Arifin bekerja sebagai penyortir surat di Kantor Pos Belanda.
Sementara itu, Agus Martowardojo menilai Arifin adalah seorang sosok panutan, terutama di bidang ekonomi moneter. Terlebih, melihat rekam jejak pria asal batak itu yang menghabiskan 12 tahun di meja direksi Bank Indonesia, dan 5 tahun sebagai Gubernur Bank Sentral. "Beliau juga yang mengeluarkan Paket kebijakan ekonomi 1 Juni 1983, dan mengenalkan beberapa instrumen moneter Indonesia," kata dia.
Ekonom Emil Salim mengenal Arifin sebagai orang yang memiliki otak cemerlang dan intelektual yang sempurna. Namun, pada peluncuran itu, Emil membedah lebih dalam sosok Arifin. Dia mengatakan tokoh ekonomi Indonesia itu bisa menjadi seperti sekarang lantaran dorongan orang tuanya.
"Ibunya sosok yang kuat dan rela mencari uang agar Arifin bisa belajar terus. Ayahnya juga mendorong agar Arifin bukan masuk HIS tapi HBS yang menuntut penguasaan Bahasa Belanda, padahal dia yang berasal dari Sidodadi belum pernah belajar itu," ujarnya.
Mantan Presiden Indonesia Habibie menyarankan masyarakat untuk membaca buku itu lantaran alurnya yang memperlihatkan jejak seorang tokoh dari awal. Sebagai kawan yang saling mengenal di Perhimpunan Pelajar Indonesia saat berkuliah di Jerman, dia mengatakan Arifin sebagai sosok yang aktif sejak zaman mahasiswa dan memegang teguh prinsipnya.
Ekonom Arifin Siregar itu memang pernah berseteru dengan rezim orde lama yang mengakibatkannya tidak bisa pulang ke Indonesia saat itu. "Dia juga berperan dalam meletakkan dasar-dasar ekonomi makro, yang diterapkannya selama menjadi Gubernur BI dan Menteri Perdagangan," kata Habibie rekan Kwik Kian Gie.
CAESAR AKBAR