TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menyarankan PT Pertamina (Persero) membeli BBM dari PT Vivo Energy Indonesia, yang bisa menjual produk Revvo 89 dengan harga Rp 6.100 per liter. Harga itu berada di bawah Premium, BBM beroktan 88, yang didistribusikan Pertamina dengan harga Rp 6.450 per liter.
"Kalau memang itu murah dan bahan bakunya sama, lebih baik Pertamina beli pada Vivo," ujarnya kepada Tempo, Sabtu, 28 Oktober 2017. Sebelumnya, Pertamina sempat mengeluhkan penjualan Premium yang menggerus keuntungannya lantaran hingga kini belum ada penyesuaian harga dari pemerintah untuk penjualan bahan bakar penugasan itu.
Menurut Yusri, gagasan itu bakal lebih meringankan Pertamina. "Kalau ada yang jual Rp 6.100 masih untung, ya beli aja sama dia," kata dia. "Vivo berani enggak. Kalau benar untung, kan seharusnya berani suplai Pertamina."
Baca: Vivo Jual BBM Lebih Murah, Pertamina: Tak Masalah
Meski demikian, Yusri masih mempertanyakan bahan baku yang digunakan oleh perusahaan asal Belanda itu dalam meramu produk beroktan 89 tersebut, apakah sama seperti Premium maupun Pertalite. Adapun bahan campuran untuk membentuk Premium adalah HOMC dan nafta. "Kalau sama, berarti harga Pertamina kemahalan."
Yusri mengatakan ada alternatif lain untuk membentuk BBM berharga murah, yakni dengan menggunakan zat adiktif. Hanya saja, komposisi itu, kata dia, telah dilarang lantaran kandungan metalnya yang cukup tinggi. Untuk itu, dia meminta pemerintah memberi tahu apa kandungan dari BBM beroktan 89 itu.
Senada dengan Yusri, Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara mengatakan secara obyektif langkah Vivo menjual BBM murah selayaknya disambut baik. Vivo dinilai harus diberi apresiasi dengan catatan penetapan harga itu sesuai dengan formula yang diatur oleh pemerintah.
Bahkan, Marwan menyarankan pemerintah menunjuk Vivo untuk menggantikan Pertamina dalam menyalurkan BBM murah ke seluruh Indonesia. "Enggak apa-apa, itu bagus. Kan rakyat juga bisa menikmati kalau harga lebih murah," kata dia.
Selanjutnya, Marwan mempertanyakan harga mahal yang dipasang Pertamina atas BBM Khusus Penugasan itu. "Rakyat juga bisa menggugat Pertamina dan pemerintah, berarti selama ini sudah mengisap rakyat dengan harga yang lebih mahal."
Namun Marwan juga khawatir harga yang murah itu hanya strategi bisnis Vivo. "Tapi kalau memang bisa, ya bagus buat indonesia dan rakyat. Serta BUMN kita tidak perlu lagi menderita kerugian," kata dia. Dengan begitu, Pertamina bisa berfokus pada BBM berkualitas baik.
Lebih jauh Marwan pun meminta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral agar menampilkan secara real-time pergerakan harga BBM yang sesuai dengan formulasi pemerintah disandingkan dengan harga minyak dunia dan kurs rupiah. Sehingga masyarakat bisa mengetahui berapa harga yang sesungguhnya dari BBM.