TEMPO.CO, Jakarta - Realisasi kegiatan eksplorasi masih rendah dan diperkirakan targetnya tak akan tercapai hingga sisa tahun 2017.
Deputi Perencanaan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Jaffee Arizon Suardin mengatakan, berdasarkan data, realisasi survei seismik baru menyentuh 22 persen.
Perinciannya, dari target 45 kegiatan survei seismik dalam rencana kerja dan anggaran (work plan and budget atau WP&B) 2017, ditargetkan akan dilakukan 45 kegiatan survei seismik. Namun diperkirakan hingga akhir tahun hanya akan bertambah menjadi 11 kegiatan.
Sementara itu, untuk kegiatan nonsurvei seismik, capaiannya 69 persen dengan 11 kegiatan survei nonseismik dari target 16 kegiatan. Diperkirakan dalam tiga bulan terdapat satu kegiatan survei seismik yang terealisasi.
Untuk kegiatan pengeboran, capaian saat ini sebesar 29 persen dengan realisasi 40 kegiatan pengeboran dari target 138 kegiatan. Pada akhir 2017 diprediksi kegiatan bertambah menjadi 44.
Dengan prognosis kegiatan eksplorasi 2017, pihaknya terpaksa memindahkan kegiatan yang seharusnya terealisasi di tahun ini ke tahun depan.
"Tidak tercapai. Mau tidak mau ada banyak kegiatan yang 2017 kami pindahkan ke 2018," ujar Jaffee, seperti dikutip dari Bisnis.com, Sabtu, 30 September 2017.
Dia mengakui tren investasi pada wilayah kerja eksplorasi menurun sejak 2012. Realisasi tertinggi yang pernah dicatatkan adalah pada 2011 dengan Rp18,3 triliun yang dibelanjakan untuk wilayah kerja eksplorasi. Sayangnya, capaian kecenderungannya turun, yakni Rp 12,3 triliun pada 2012, Rp 13,2 triliun pada 2013, dan Rp 12,9 triliun pada 2014.
Pada 2015 sebesar Rp 6,3 triliun, tahun 2016 Rp 4,2 triliun, dan pada 2017 ditargetkan tercapai Rp 11,6 triliun. Kendati demikian, porsi kegiatan eksplorasi kontribusi tertingginya hanya sekitar 10 persen dibandingkan dengan kegiatan eksploitasi.
Jaffee berharap pada tahun-tahun mendatang kegiatan eksplorasi bisa bertambah. Pasalnya, saat ini baru 60 persen produksi minyak yang tergantikan, sedangkan gas ketergantian produksinya di atas 100 persen. Padahal masih terdapat potensi untuk mendapat sumber cadangan baru, bahkan pada wilayah kerja produksi.
BISNIS.COM