Instrumen Moneter Overnight Berisiko

Reporter

Editor

Senin, 19 Februari 2007 01:10 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Kalangan analis perbankan menyatakan, rencana Bank Indonesia menggunakan instrumen moneter jangka pendek overnight perlu dikaji secara matang. Ekonom Standard Chartered Bank Fauzy Ichsan menuturkan, penggunaan instrumen itu ada risikonya."Bank Indonesia harus hati-hati karena jika tidak justru akan menambah beban moneter BI. Kan, harus membayar bunga," papar di Jakarta. Bank sentral, ujar dia lebih lanjut, harus mampu mengontrol tingkat bunga dari instrumen overnight tersebut. Tujuannya, agar tidak menimbulkan tambahan beban moneter. Sehingga, diharapkan suku bunga instrumen jangka pendek itu lebih rendah dari bunga Sertifikat Bank Indonesia. “Menurut saya, ini (instrumen moneter jangka pendek) bukan sesuatu yang urgent. Instrumen itu dibutuhkan kalau sedang krisis karena rupiah diserang,“ katanya. Analis perbankan Mirza Adityaswara pun berpendapat senada. Menurut dia, sebelum memutuskan instrumen jangka pendek sebagai alat operasi moneter, BI harus menjelaskan secara detail ke publik. "Mau seperti apa, karena yang namanya overnight itu, fluktuasinya harian," papar dia. Rencana BI menggunakan instrumen jangka pendek overnight dilontarkan Deputi Gubernur Bank Indonesia Hartadi A. Sarwono pekan lalu. Menurut dia, instrumen itu sudah umum digunakan banyak negara sebagai sinyal atau benchmark suku bunga. "Mereka tidak lagi menggunakan seperti SBI satu atau tiga bulan," katanya. "Melainkan yang jangka pendek, overnight atau tujuh hari." Pemilihan instrumen overnight, kata dia, pun untuk menyempurnakan lelang dalam melakukan operasi moneter. Saat ini, Bank Indonesia masih terus mengkaji rencana penggunaan instrumen tersebut. "Jadi, nanti yang kami umumkan yang overnight. Ini akan menjadi benchmark," ujarnya (Koran Tempo, Sabtu 17/2). Menurut Anggota Komisi Keuangan dan Perbankan Dradjad H. Wibowo, penggunaan instrumen jangka pendek overnight bisa menimbulkan volatilitas moneter yang lebih besar. Sehingga, Bank Indonesia harus benar-benar mempersiapkan secara matang terhadap rencana ini. “BI harus benar-benar yakin sudah punya mekanisme dan kemampuan sumber daya manusia yang memadai untuk mengelola volatilitas itu,“ Dradjad, mantan ekonom Indef ini. Mekanisme yang dimaksud, menurut dia, adalah sanksi jika ada pihak yang menyalahgunakan instrumen jangka pendek itu untuk insider trading atau jenis pelanggaran lainnya. “Tapi, memang dengan instrumen moneter jangka pendek, likuiditas bisa lebih cepat tersedia,“ ucapnya. Secara terpisah, Deputi Gubernur BI Aslim Tadjudin mengatakan, karena instrumen moneter bank sentral masih terbatas, maka SBI rata-rata satu maupun tiga bulan. belum akan dihapuskan. Meksipun, keberadaan SBI menyebabkan biaya moneter BI cukup tinggi. "Jika dihapus begitu saja tanpa pengganti, dikhawatirkan akan menimbulkan tekanan inflasi," katanya. SURYANI IKA SARI/ AGOENG WIJAYA

Berita terkait

Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?

30 November 2023

Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia Tahun Depan Tetap Longgar, Apa Saja?

Bank Indonesia tetap mempertahankan kebijakan makroprudensial longgar pada tahun 2024 mendatang.

Baca Selengkapnya

BI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial

25 September 2019

BI Dorong Korporasi Terbitkan Surat Berharga Komersial

Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti menyatakan instrumen itu untuk memberikan opsi bagi pelaku pasar dalam membantu pembiayaan jangka pendek.

Baca Selengkapnya

Destry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut

7 Agustus 2019

Destry Sebut Kebijakan Pelonggaran Moneter Masih akan Berlanjut

Destry Damayanti mengatakan kebijakan pelonggaran moneter masih akan berlanjut dalam jangka waktu cukup panjang.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks

1 Agustus 2019

Suku Bunga Turun, Sri Mulyani: Likuiditas Negara Lebih Rileks

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan penurunan suku bunga pertanda perubahan arah kebijakan moneter dari bank sentral Amerika

Baca Selengkapnya

Peluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi

22 Juli 2019

Peluang Terbuka, BI Isyaratkan Suku Bunga Acuan Turun Lagi

Bank Indonesia sebelumnya telah menurunkan menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps dari 6 persen ke 5,75 persen.

Baca Selengkapnya

Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

24 Mei 2019

Kebijakan Moneter Lebih Akomodatif, LPS Rate Bakal Turun

LPS mencatat selama dua bulan terakhir suku bunga simpanan perbankan mulai melandai dan cenderung stabil.

Baca Selengkapnya

Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020

1 Mei 2019

Pertumbuhan Ekonomi di ASEAN+3 Bakal Melambat di 2019 dan 2020

Meski begitu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang masih kembali meningkat karena didukung oleh kondisi fundamental yang kuat.

Baca Selengkapnya

Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

2 Juli 2018

Suku Bunga Acuan Naik, Sinyal BI Mulai Perketat Moneter?

Kenaikan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia dinilai pasar sebagai sinyal pengetatan moneter yang hati-hati dan terukur.

Baca Selengkapnya

Stabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter

17 Juni 2018

Stabilkan Ekonomi RI, Gubernur BI Siapkan 'Jamu' Moneter

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan dirinya telah menyiapkan lima 'jamu' khusus untuk menjaga kestabilan moneter.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS

15 Mei 2018

Jokowi: Pemerintah Waspadai Risiko Akibat Normalisasi Moneter AS

Presiden Jokowi memastikan pemerintah akan selalu waspada terhadap risiko akan ketidakpastian ekonomi global akibat normalisasi moneter AS.

Baca Selengkapnya